get app
inews
Aa Read Next : Gerindra dan Nasdem Kabupaten Tasikmalaya Koalisi untuk Pilkada 2024

Subuh di Pesantren Para Syuhada

Sabtu, 29 Januari 2022 | 15:08 WIB
header img
Ponpes Sukamanah KH Zainal Musthafa yang Berada di Desa Sukarapih, Kecamatan Sukarame, Kabupaten Tasikmalaya. (Foto: iNewsTasikmalaya.id/Nanang Kuswara)

Bangkitnya perlawanan terhadap penjajah Jepang saat itu bermula dari penolakan KH Zainal Musthafa terhadap ritual menyembah Matahari dengan istilah Seikerei, dimana jika pagi hari masyarakat bahkan ulama dikumpulkan di alun-alun Singaparna untuk Seikerei. 

Satu-satunya yang berani menolak ritual itu KH Zainal Musthafa, karena menurutnya ritual itu sudah termasuk menyembah Matahari sehingga kalau umat Islam melakukannya bisa jadi musyrik atau menyekutukan Allah SWT.

Puncaknya, pada tanggal 25 Pebruari 1944 KH Zainal Musthafa berencana mengadakan perlawanan terhadap penjajah Jepang, hingga terjadilah pertempuran yang tidak seimbang antara santri yang bersenjatakan bambu runcing dan penjajah yang bersenjatakan senapan modern. 

Hingga tercatat 86 orang pasukan Sukamanah gugur dan empat orang disiksa di Singaparna, dan ada juga yang disiksa hingga meninggal di penjara Tasikmalaya dua orang, kemudian meninggal di Penjara Sukamiskin Bandung 38 orang dan cacat permanen hingga hilang ingatan 10 orang.

Sehari setelah pertempuran itu sekitar 700-900 orang ditangkap tentara Jepang untuk dijebloskan ke penjara Tasikmalaya, sementara KH Zainal Musthafa dibawa ke Jakarta. 

Hingga tersiar kabar jika beliau serta murid-murid pejuangnya dieksekusi mati tanggal 25 Oktober 1944 dan dimakamkan di Taman Pahlawan Belanda Ancol Jakarta. 

Hingga pada tanggal 25 Agustus 1973 makam para suhada itu dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Sukamanah.

Editor : Asep Juhariyono

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut