TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id – Kisah Arul (13) anak berhadapan dengan hukum (ABH) diangkat dalam sebuah film berjudul “Arul” (Hadiah Terbaik). Anak berusia 13 tahun dengan nama lengkap Arul Miftahul Huda tersebut, berkonflik dengan hukum lantaran dituding mencuri di rumah tetangga di kampungnya di Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya.
Sempat dihajar massa dan ditolak warga untuk kembali tinggal di kampungnya, Arul justru malah betah tinggal di kantor polisi. Selama 3 bulan bergaul bersama anggota polisi di Mapolres Tasikmalaya, hubungan emosional antara Arul dengan anggota polisi pun semakin erat.
Bahkan kasus yang menjeratnya telah diselesaikan secara islah dan Arul sudah diperbolehkan pulang ke kampung kembali, tapi dia tetap tidak mau pulang ke kampunnya.
Kapolres Tasikmalaya AKBP Rimsyahtono mengatakan, trauma yang dialami Arul membuat dia takut saat melihat orang-orang di kampungnya.
“Kondisi perekonomian keluarganya bisa dikatakan kurang beruntung. Arul dituduh mencuri dan memang diakuinya. Pencurian yang dilakukan Arul motifnya untuk membeli handphone (Hp) agar bisa belajar daring, waktu itu,” kata Rimsyahtono, Kamis (14/4/2022).
Dikatakan kapolres, setelah melalui proses perdamaian atau islah dengan korban dan warga di kampungnya, Arul pun sudah diperbolehkan untuk pulang tapi dia tidak mau.
“Saya tanya dia, Rul mau pulang gak? dan jawabannya gak mau pulang ingin tinggal di kantor polisi. Ternyata polisi itu sisi humanisnya ada, ternyata anak itu senang,” kata dia.
Rimsyahtono menuturkan, karena sudah saking dekatnya antara Arul dan personel sehingga dirinya pun mengangkat Arul sebagai anak asuh Polres Tasikmalaya.
“Arul ini kan anak asuh Polres Tasikmalaya, bebannya di kapolres. Saya pun waktu awal jadi kapolres dapat turunan ada anak asuh juga. Kebetulan anak asuh itu sudah kelas 3 SMA pas saya datang ke Tasikmalaya. Sudah berumur 18 dan sudah bukan lagi anak, sehingga rezekinya Arul dan saya angkat menjadi anak asuh Polres Tasikmalaya,” ucapnya.
Kisah Arul ini mendapat perhatian dari berbagai kalangan, tidak terkecuali para seniman dan sineas Kota/Kabupaten Tasikmalaya.
Berawal dari obrolan santai sembari ngopi, kisah Arul pun menginspirasi untuk diangkat dalam sebuah karya film pendek dengan judul Arul (Hadiah Terbai).
“Ini kang Ato dari KPAID punya rekan-rekan seniman. Kang Ato bersama rekan-rekannya berdiskusi ingin mengangkat kisah Arul menjadi sebuah film. Kemudian disampaikan ke saya. Ya sudah kita dukung untuk dijadikan film,” jelas Rimsyahtono.
Ia menuturkan, proses shooting film Arul berlangsung selama kurang lebih dua bulan. Dalam film ini uniknya tidak ada skrip yang harus dihapalkan oleh para pemain.
“Di dalam film ini tidak ada skrip, dialognya hanya mengulang apa yang memang terjadi. Gak mungkin juga pemainnya juga menghapal. Yang mengganti peran ibunya Arul itu salah seorang seniman Kota Tasikmalaya dan rt nya Arul itu dari KPAID, pak Asep Nurjaeni,” tuturnya.
“Jadi pesan dalam film ini adalah menyampaikan edukasi kepada masyarakat tentang bagaimana menghadapi anak,” pungkasnya.
Editor : Asep Juhariyono