"Dari 25 orang korban judi online yang sedang menjalani terapi holistik di pondok, terbanyak korban judi slot," kata Gumilar.
Korban judi online yang dirawat di Ponpes Nurul Firdaus berasal dari berbagai daerah, termasuk dua orang perempuan dari Batam dan Makassar.
Mereka berasal dari berbagai lapisan masyarakat, dengan usia rata-rata 19 hingga 58 tahun. Bahkan, ada mahasiswa yang terpaksa drop-out karena terjerumus dalam judi online.
“Judi online sudah menjadi bahaya latin. Banyak korban yang mengalami gangguan kejiwaan, depresi, stress. Keluarga berantakan, ekonomi hancur, hilang pekerjaan, berurusan dengan perbuatan kriminal, penipuan, utang sana sini,” ujar Gumilar kepada iNewsTasikmalaya.id, Minggu (12/11/2023)
Gumilar menyebut, sekitar 10 persen korban judi online yang mendapatkan perawatan atau terapi. Banyak di antara mereka terpaksa mengemis karena mengalami gangguan kejiwaan berat, tingkat depresi tinggi, dan keluarga korban tidak mampu membiayai perawatan.
Ponpes Nurul Firdaus memberikan terapi holistik kepada korban judi online yang mengalami gangguan kejiwaan atau depresi berat. Terapi ini melibatkan hipnoterapi, perawatan medis, rukiyah, serta layanan dokter spesialis lainnya.
“Terapi dilakukan secara holistik. Bersamaan,” tutur Utadz Gumilar.
Menurut Gumilar, perawatan korban judi online jauh lebih berat dibandingkan korban kecanduan narkotika, karena judi online merusak lima bagian otak.
“Narkotik hanya merusak 3 bagian dari otak. Tapi judi online merusak 5 bagian dari otak. Sehingga perawatan korban kecanduan judi online jauh lebih berat,” imbuhnya.
Editor : Asep Juhariyono