Pasar Tradisional Kota Banjar Semakin Sepi, Digitalisasi dan Gaya Belanja Baru Jadi Tantangan
BANJAR, iNewsTasikmalaya.id – Roda ekonomi yang dahulu berputar dinamis di pasar-pasar tradisional Kota Banjar kini tampak melambat. Suasana riuh pembeli, tawa para pedagang, dan keramaian transaksi kini berganti dengan deretan kios kosong dan lapak yang tak lagi buka.
Fenomena ini tak hanya terlihat di Pasar Tradisional Banjar, tetapi juga merata di sejumlah pasar lainnya seperti Langkap Lancar Bojongkantong dan Pasar Langensari. Kesunyian perlahan menyelimuti ruang-ruang ekonomi rakyat yang dulu menjadi denyut utama perekonomian lokal.
Kepala Dinas Koperasi, UKM, dan Perdagangan (KUKMP) Kota Banjar, Sri Sobariah, mengatakan, kondisi tersebut sudah cukup memprihatinkan. Dari total sekitar 1.700 pedagang yang tercatat di pasar-pasar tradisional se-Kota Banjar, sekitar 20 persen telah berhenti berjualan.
“Sebagian besar yang tutup berasal dari Pasar Tradisional Banjar. Mereka tak lagi kuat bertahan menghadapi sepinya pembeli,” ujar Sri, Kamis (11/7/2025).
Sri menuturkan, merosotnya aktivitas pasar tradisional bukan hanya akibat pandemi COVID-19 beberapa tahun silam, tetapi juga karena perubahan perilaku konsumen. Kemajuan teknologi telah mengubah cara masyarakat berbelanja, dari datang langsung ke pasar, menjadi cukup mengakses aplikasi dan memesan barang dari rumah.
“Digitalisasi membawa dampak besar. Masyarakat kini terbiasa dengan belanja online yang praktis dan efisien,” jelasnya.
Kondisi ini menjadi tantangan besar bagi pedagang pasar tradisional yang sebagian besar belum tersentuh teknologi. Ketidaksiapan menghadapi era digital membuat mereka tertinggal jauh dari kompetitor di platform daring.
Sebagai bentuk respons, Dinas KUKMP Kota Banjar mulai melakukan upaya pendampingan kepada para pedagang. Salah satu strategi yang dikenalkan adalah digital marketing, sebuah pendekatan baru dalam memasarkan produk dengan memanfaatkan media sosial, situs web, dan platform e-commerce.
“Kami ingin para pedagang pasar bisa melek digital. Tak hanya berjualan secara konvensional, tetapi juga menjajakan dagangannya secara online,” tambah Sri.
Upaya ini mencakup pelatihan pemasaran berbasis digital, pembuatan katalog online, hingga strategi pengemasan produk yang menarik untuk pasar daring.
Pemerintah Kota Banjar berharap transformasi ini bisa menjadi solusi untuk menghidupkan kembali pasar-pasar tradisional yang kini tergerus zaman. Dengan memadukan metode jualan klasik dan digital, diharapkan pedagang dapat menjangkau pasar yang lebih luas dan meningkatkan omzet.
Namun upaya ini tentu tak bisa berjalan sendiri. Diperlukan kemauan dari pedagang untuk belajar, adaptif terhadap tren baru, serta dukungan dari masyarakat untuk tetap mencintai produk-produk lokal yang dijual oleh para pelaku usaha kecil.
“Pasar adalah identitas ekonomi rakyat. Kami ingin membuktikan bahwa meski zaman berubah, pasar tradisional tetap bisa bertahan, bahkan berkembang,” pungkas Sri.
Editor : Asep Juhariyono