"Saya dua dapur, total Rp 17 juta ittu baru daftar dari sertifikat halal sama yang lainnya. Belum ini saya udah beres semua, lokasi untuk memasak dari kebun, hingga sekaramg bangunan aja capai Rp 300 juta," ungkapnya.
Dari 35 yang menjadi korban dugaan penipuan MBG itu, dikatakan Moena, hanya ada 6 orang yang masih intens melakukan komunikasi.
"Di grup saya Komunikasi ada di 6 UMKM kita rembukan, kita totalin harga kerugiannya di 58 juta yang melapor 6 orang," jelasnya.
"Sejauh ini temen saya baru berupa ruko, nyewa, di antara mereka saya yang bikin besar sampai bikin dapur," sambungnya.
Ia bersama korbannya lainnya merasa tertipu oleh paguyuban tersebut dilihat dari legaliras dan sertifikasi halal yang tidak jelas.
"Nama, alamat, hingga itemnya sudah tidak valid dan tak sesuai dan juga katanya ada bimtek sampai detik ini malah ga tahu.
Kita sudah menelusuri ke pihak Kodim, SPPG, memang tidak ada pungutan sebagai mitra BGN, kalau misalkan ada pungutan berarti itu ada indikasi penipuan. Kita sudah selidiki, dan saya ingin tahu halal yang asli, ternyata ini salah," terang dia.
Sampai saat ini diakui Moena, bahwa petugas dari paguyuban tersebut masih bisa dihubungi hanya saja tidak memberikan tanggapan.
"Orang pelaku tersebut masih bisa dihubungi, cuma tidak ada tanggapan, di tlpn tak diangkat, dan WhatsApp tak dibales, ada grup dan sudah dibatasi hanya admin yang bisa mengirim pesan," tandas Moena.
Editor : Asep Juhariyono