Masjid Agung Baiturrahman Saksi Perjalanan Sejarah Kota Banjar

BANJAR, iNewsTasikmalaya.id - Masjid Agung Baiturrahman menjadi salah satu penanda sejarah perjalanan Kota Banjar, Jawa Barat hingga saat ini.
Berlokasi tepat di titik 0 kilometer (KM) Kota Banjar, masjid ini telah berdiri lebih lama dari pada usia kota yang disebut sebagai kota idaman tersebut.
Keberadaannya yang strategis, berdampingan dengan pendopo Wali Kota Banjar, menjadikan Masjid Agung Baiturrahman sebagai ikon Kota Banjar.
Masjid Agung Baiturrahman juga berhadapan langsung dengan wajah alun-alun, yang membuatnya selalu ramai dikunjungi oleh para jemaah. Hal ini menjadikan masjid ini sebagai kebanggaan bagi masyarakat Kota Banjar.
Sejarah Masjid Agung Baiturrahman Kota Banjar
Menurut Ketua Yayasan Baiturrahman Kota Banjar, Undang Munawar, sejarah berdirinya Masjid Agung Baiturrahman tidak tercatat secara detail.
Dokumen-dokumen terdahulu yang dimiliki oleh pengurus atau pengelola Yayasan Baiturrahman juga jarang ditemukan.
Namun demikian, berdasarkan riwayat dari tokoh terdahulu, sekitar tahun 1980-an, masjid ini mengalami pembangunan dan rehabilitasi total.
Pada masa itu, bangunan Masjid Agung Baiturrahman masih berdiri satu lantai dengan posisi Gedung Dakwah yang berada di samping masjid.
"Waktu itu, masjid ini masih berada dalam wilayah Kabupaten Ciamis dengan status Banjar sebagai kota administratif," ungkap Undang pada Senin (18/3/2024).
"Informasi mengenai pembangunan awalnya tidak tercatat dengan jelas, hanya diketahui bahwa pada tahun 1980-an, masjid ini mengalami rehabilitasi total," tambahnya.
Setelah mengalami rehabilitasi total, bangunan Masjid Agung Baiturrahman diperluas menjadi dua lantai. Pada saat itu, juga dibangun pagar dan halaman masjid, termasuk gedung dakwah dan menara masjid.
"Sejak rehabilitasi terakhir hingga sekarang, tidak ada renovasi tambahan yang dilakukan," ungkapnya.
Undang menegaskan bahwa keberadaan Masjid Agung Baiturrahman Kota Banjar tidak lepas dari peran tokoh masyarakat.
"Masjid Agung ini ada berkat peran aktif para tokoh masyarakat seperti Pak Suyazid, Pak Nana Surja, Pak Ayo Sunaryo, Pak Mumu Sadikin, dan masyarakat lainnya," jelasnya.
Pada tahun 2020, nama Yayasan Masjid Agung Kota Banjar mengalami perubahan menjadi Yayasan Baiturrahman Banjar Patroman Kota Banjar.
"Saat ini, yayasan tersebut dikenal dengan nama Yayasan Baiturrahman Banjar Patroman Kota Banjar," tambahnya.
Mantan Ketua DKM Masjid Agung Baiturrahman Kota Banjar, Supriama, mengakui bahwa sejarah pembangunan masjid ini sulit untuk dipelajari secara detail.
Namun menurutnya, yang lebih penting saat ini adalah menjaga dan memakmurkan Masjid Agung Baiturrahman.
"Saat ini, yang terpenting adalah merawat masjid ini dan memanfaatkannya sebaik-baiknya," tutupnya.
Editor : Asep Juhariyono