Para pendukung BJP nasionalis Hindu telah lama dituduh menjebak mereka yang dianggap kritis terhadap pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi. Pedoman Koo secara eksplisit melarang ujaran kebencian dan konten yang diskriminatif atau menyinggung.
Tetapi dengan "koos" (versi tweetnya) yang dihasilkan setiap detik, moderasi sulit dilakukan, seperti halnya pada platform media sosial lainnya, termasuk Twitter. Bidawatka mengatakan masalah tersebut perlu diselesaikan dengan menggunakan teknologi daripada moderator manusia.
Ini akan melibatkan komunitas pengguna untuk menandai postingan yang mereka anggap berbahaya.
Didukung oleh kesuksesan platform di Nigeria, Bidawatka berencana untuk membawa aplikasi Koo ke negara-negara di luar India di mana bahasa Inggris bukan bahasa yang dominan.
“Asia Tenggara sangat menarik karena populasi yang besar dan kurangnya penetrasi platform yang ada," kata Bidawatka.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta