TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id - Seorang mantan narapidana teroris (napiter) dari Yayasan Ansorul Islam, Kota Tasikmalaya, mengungkapkan pengalaman spiritualnya saat masih punya anggapan bahwa Pemilu adalah perbuatan syirik.
"Saat kami masih menganut faham radikal, kami tak pernah ikut Pemilu karena bagi kami itu perbuatan syirik," ungkap Ustad Gilang Taufik, mantan napiter dari Yayasan Ansorul Islam, saat ditemui di kantor Kesbangpol Kota Tasikmalaya, Senin (27/11/2023).
Gilang bersama 30 mantan napiter dari Yayasan Ansorul Islam melakukan silaturahmi dengan jajaran Kesbangpol, KPU dan Bawaslu Kota Tasikmalaya.
Gilang mengungkapkan perasaan spiritualnya saat mengingkari Pemilu. "Saat itu kami merasa bersikap paling benar dan paling berilmu agama," ujarnya.
Karena punya anggapan seperti itu, lanjut Gilang, para mantan napiter saat itu hidup secara eksklusif. Menutup diri dengan pergaulan.
"Faham yang kami anut merasa faham yang paling benar. Kami siap mempertahankan dan memperjuangkannya," kata Gilang.
Namun faham radikalisme itu mulai luntur setelah para napiter mulai banyak membaca literatur tentang faham agama.
"Setelah banyak membaca literatur keagamaan, akhirnya kami mencapai suatu titik di mana faham yang kami anut selama ini ternyata salah," ujar Gilang.
Kini, Gilang mengaku lega setelah dirinya bersama mantan napiter lain akhirnya bisa mengikuti Pemilu 2024. "Kami sekarang kembali menjadi warga negara NKRI yang baik dan siap ikut Pemilu nanti. Lega rasanya," ungkapnya.
Ketua Yayasan Ansorul Islam, Anton Hilman, menambahkan, seluruh napiter di bawah binaannya siap menyukseskan Pemilu 2024.
"Kami sudah sadar dan kembali ke pangkuan NKRI. Kami siap memberikan hak suara nanti pada waktunya," kata Anton.
Editor : Asep Juhariyono