Payung Geulis Khas Tasikmalaya, Warisan Budaya yang Elegan Jadi Ikon Kota Santri

TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id - Payung Geulis khas Kota Tasikmalaya, warisan budaya yang elegan. Kota Tasikmalaya, yang terletak di Provinsi Jawa Barat, adalah tempat yang kaya akan budaya tradisional. 

Salah satu warisan budaya yang paling menonjol dari kota ini adalah Payung Geulis. Payung ini tidak hanya digunakan sebagai pelindung dari terik matahari atau hujan, tetapi juga sebagai simbol keanggunan dan keindahan.

Deret Fakta Unim Payung Geulis ikon Kota Tasikmalaya

1. Asal Usul Payung Geulis

Baca Juga

TPS Instagramable di Tasikmalaya, Dihiasi Kerajinan Khas Tasikmalaya Payung Geulis

Payung Geulis memiliki sejarah yang panjang dan kaya. Konon, payung ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang pangeran bernama Raden Suria Kusumah pada abad ke-18. Pangeran ini adalah seorang pemuda yang sangat mencintai seni dan keindahan. 

Ia terinspirasi oleh kecantikan alam sekitarnya, terutama oleh pepohonan dan bunga-bunga yang tumbuh subur di daerah ini.

Dalam upayanya untuk mengekspresikan keindahan alam tersebut, Raden Suria Kusumah mulai menciptakan payung dengan desain yang unik. 

Baca Juga

Payung Geulis Kota Tasikmalaya Nyaris Punah, Didi Element Prihatin dan Harus Ada Terobosan Kreatif

Ia menggunakan bahan-bahan alami seperti bambu, kertas, dan pewarna alami untuk menciptakan payung-payung yang indah dan fungsional.

Payung-payung ini dikenal dengan sebutan "Payung Geulis," yang dalam bahasa Sunda berarti "payung cantik."

2.Karakteristik Payung Geulis

Salah satu ciri khas Payung Geulis adalah desainnya yang elegan dan warna-warni. Payung ini sering dihiasi dengan motif-motif alam seperti bunga-bunga, daun, dan burung-burung yang indah. 

Baca Juga

Payung Geulis di Pedestrian Cihideung Kota Tasikmalaya Kusam dan Banyak yang Hilang

Pewarnaan payung juga dibuat dengan teliti, menggunakan pewarna alami seperti pewarna dari tumbuhan atau bahan-bahan organik lainnya. Inilah yang membuat Payung Geulis begitu menarik dan unik.

Editor : Asep Juhariyono