get app
inews
Aa Text
Read Next : Bharada E Keluar Penjara Jalani Program Cuti Bersyarat, Statusnya Bukan Lagi Narapidana

Kejanggalan Dugaan Pelecehan Seksual terhadap Putri Candrawathi oleh Brigadir J Versi LPSK

Selasa, 06 September 2022 | 09:40 WIB
header img
Wakil Ketua LPSK, Edwin Partogi Pasaribu. (Foto: MPI/Muhammad Farhan)

JAKARTA, iNewsTasikmalaya.id – Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) merasa heran dengan sikap tersangka Putri Candrawathi (PC) beserta Ferdy Sambo (FS) suaminya.

Tersangka Ferdy Sambo (FS) ngotot menyatakan Yosua (Brigadir J) melakukan pelecehan seksual di Magelang, Jawa Tengah.  

Diketahui, ada dugaan yang menyatakan Yosua melakukan pelecehan seksual terhadap PC dalam rekonstruksi kasus pembunuhan Brigadir J pada skenario di Magelang.

Wakil Ketua LPSK, Edwin Partogi Pasaribu mengungkapkan, jika memang ada dugaan pelecehan seksual dari Yosua, lembaganya mempertanyakan dua unsur yang biasanya ada dalam kasus pelecehan seksual. Berdasarkan keterangan rekonstruksi, tidak terpenuhinya dua unsur dalam tindakan pelecehan seksual tersebut malah menjadi janggal.

“Pertama, biasanya pelaku memastikan tidak ada saksi, ini peristiwanya di rumah Ibu PC, di situ ada KM dan ada S, Susi (pembantu rumah tangga),” jelas Edwin saat dikonfirmasi wartawan, Senin (5/9/2022).

Kemudian Edwin menyampaikan unsur kedua yang tidak terpenuhi tersebut adalah adanya relasi kuasa antara PC dengan Brigadir J.  

“Kemudian yang kedua, soal relasi kuasa karena posisi Yosua adalah bawahan dari ibu PC atau dari FS. Jadi terlalu apa ya, nekat ya. Kalau itu terjadi nekatnya banget ya, dan sebenarnya dari posisi ibu PC masih bisa melakukan perlawanan secara normal umumnya ya, kan itu tidak ada,” kata Edwin.

Dia juga menyampaikan untuk kaitan dugaan pelecehan seksual yang dilakukan Yosua di Magelang terhadap PC, justru semakin memperkuat keganjilan itu. Ketika di Magelang, PC masih menanyakan kepada RR di mana Yosua. Jika PC memang korban, dan perempuan itu masih menanyakan keberadaan pelaku, menurut Edwin itu terbilang janggal. Apalagi, Yosua juga masih menghadap ke PC di kamarnya.

“Ini kan tergambar di rekonstruksi, bayangkan saja bagaimana kok korban dari kekerasan seksual masih bertanya tentang pelakunya dan masih bisa bertemu dengan pelakunya secara fisik di ruang pribadinya yang merupakan tempat peristiwa dugaan itu,” ucap Edwin.

Edwin juga menilai ada kontradiksi pada fakta di rekonstruksi tersebut. Jika PC mengaku sebagai korban pelecehan seksual, dia heran mengapa yang bersangkutan masih membiarkan Brigadir J tinggal di rumahnya pascadugaan peristiwa Magelang.

“Jadi itu juga menurut saya agak ganjil, karena bayangannya secara umum tentu kan yang mengalami kekerasan seksual akan mengalami trauma, depresi atau tidak mau bertemu, berkomunikasi dengan pelaku,” tuturnya.  

Tak hanya itu, Yosua juga masih satu rumah dengan PC pada 7 dan 8 Juli. Yosua masih tinggal menginap di rumah itu. “Itu rumahnya kalau kita pakai pendekatan kekerasan seksual itu rumahnya korban, korban punya kekuasaan, kok korban masih bisa tinggal bersama pelaku?” kata Edwin.  

Dia menekankan, PC secara relasi memiliki kuasa di atas Brigadir J yang notabene hanya ajudan dari suaminya, FS. Terlebih, PC adalah istri dari Kadiv Propam yang notabene mendapatkan hak istimewa jika mengadukan dugaan kriminal yang diterimanya kepada jajaran kepolisian.

“Kemudian yang lainnya itu kan peristiwa terjadi di Magelang, dugaan peristiwa itu, kenapa tidak dilaporkan ke polisi? Kalau ini benar, yang jadi korban kan istri jenderal polisi. Kalau dia telepon polres, polresnya yang datang. Dia (PC) gak perlu datang ke polres. Polisi akan datang ke rumahnya, gak perlu sibuk-sibuk untuk datang ke kantor polisi,” ucap Edwin.

Editor : Asep Juhariyono

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut