Iwan menyebut berdasarkan data mereka yang sempat jadi korban sodomi anak, saat besar tidak sedikit menjadi pelaku juga. Sehingga perlu perhatian khusus dari dinas terkait guna mencegah penyakit menular lewat hubungan badan.
"Di Jawa Barat kita kenal ada DP3AKB dan P2TP2A yang menangani masalah ini. Kinerja dinas dan lembaga ini harus kita acungi jempol, namun juga harus kita bantu dukung pula dalam membantu proses pendampingan para korban asusila," ujar dia.
Sedangkan para korban yang sudah terkena HIV, tambah dia, untuk tahap awal memang ada metode untuk menekan penyebarannya, yaitu melalui penggunaan obat Antiretroviral (ARV).
ARV ini bisa didapat dengan mudah di Puskesmas dan gratis.
"Saya juga berterima kasih kepada Kementrian Kesehatan yang menyediakan obat ini secara gratis. Hanya saja jika tidak rutin meminumnya maka dikhawatirkan virusnya menyebar dan sulit dikendalikan," ungkapnya.
Metode Penyembuhan HIV di Ponpes Tasikmalaya
Dengan program itu, risikonya penderita harus mengonsumsi obat impor dengan biaya puluhan juta per bulannya.
Namun, sebagai seorang Nahdliyin, Iwan juga mengaku metode pendukung pencegahan penyebaran pada tubuh penderita HIV ini bisa juga dengan cara yang ada di Pesantren Abah Anom di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
Melalui metode Thariqah Qodiriah Naqsabandiyah (TQN) para penderita HIV bisa memiliki harapan hidup lebih lama.
Jadi selain mendapat harapan hidup lebih, mereka juga dipastikan mendapatkan pendidikan agama yang baik.
"Ini pun berlaku bagi pecandu narkoba yang susah berhenti. Apalagi jarum suntik narkoba adalah salah satu cara penyebaran tercepat virus HIV ini. Salahsatunya ada pusat penyembuhan narkoba dan penyakit itu di Pontren besar Suryalaya Abah Anom Tasikmalaya," pungkasnya.
Sebelumnya, Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum menyebut solusi menekan terus meningkatnya angka penyebaran penyakit HIV atau AIDS adalah menikah dan berpoligami.
Editor : Asep Juhariyono