TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id – Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jawa Barat (Jabar) Atalia Praratya meresmikan Rumah Belajar Batik Tasikmalaya, Sabtu (20/8/2022).
Rumah Belajar Batik ini merupakan sebuah program hasil kolaborasi antara Pemerintah Provinsi Jabar dengan Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) dan HSBC. Rumah Belajar Batik Tasikmalaya ini berada di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Mulyasari, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya.
Atalia Praratya mengatakan, Rumah Belajar Batik ini merupakan suatu hal yang ditunggu-tunggu selama ini. Kehadiran Rumah Belajar Batik ini tentunya diharapkan menjadi suatu upaya dalam menjada warisan budaya kain nusantara khususnya batik.
“Ini suatu hal yang kita tunggu selama ini karena kita tidak berharap bahwa warisan kain nusantara ini hilang karena tidak memiliki regenerasi. Oleh karenanya, penting kiranya menghadirkan regenerasi yang mencintai batik yang mampu melestarikan budaya kain nusantara,” kata Atalia di Kota Tasikmalaya, Sabtu (20/8/2022).
Ia menuturkan, hadirnya Rumah Belajar Batik Tasikmalaya ini adalah proses perjalanan panjang dari kerjasama yang luar biasa. Program Rumah Belajar Batik ini bermula dari obrolan sebuah meja makan hingga terwujud seperti saat ini.
“Saya ingat ini diawali di awal-awal 2020. Dan pada hari ini sudah diresmikan dan tampaknya ini menjadi kebanggaan bagi Jawa Barat. Jadi kerjasama ini polanya sangat baik sekali karena menunjukan bahwa pemerintah saja tidak cukup untuk menyelesaikan permasalahan khususnya bagaimana cara menyesejahterakan masyarakat. Tapi dihadirkanlah mereka yang mencintai warga lainnya apalagi YCAB ini sudah malang melintang selama lebih 23 tahun untuk menghadirkan kebermanfaatan bagi masyarakat.
“Rumah Belajar Batik ini adalah suatu bentuk kolaborasi, kerjasama yang luar biasa yang di dalamnya ada berbagai dinas terkait di Jawa Barat seperti dinas indag, KUKM, dan lainnya. kemudian berkolaborasi dalam Dekranasda yang kemudian bekerjasama dengan YCAB kemudian menghasilkan sebuah program dan menjadi percontohan bagi rumah belajar lainnya di seluruh Jawa Barat,” ucapnya.
“Saya terbayang bahwa tempat ini banyak yang mengapresiasi karena tempat ini sangat mumpuni karena berada di pusat kota dan memiliki ruang-ruang belajar yang sangat sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan. Jadi apabila kita melihat sebuah helai kain batik bahwa kita tidak hanya melihat pekerjaan yang mudah. Karena minima ada 10 langkah yang harus dilalui untuk menjadi selembar kain batik yang luar biasa, ini harus kita lestarikan.” sambung istri Gubernur Jabar Ridwan Kamil.
Ataliya menyebut, di Rumah Belajar Batik Tasikmalaya ini diajarkan tentang bagaimana proses membuat batik yang baik, literasi keuangan, dan memperkenalkan produk melalui digitalisasi. Dan yang menariknya, lanjut Atalia, bahwa di Rumah Belajar Batik Tasikmalaya ini ada cara pengelolaan limbahnya sehingga tidak mencemari lingkungan.
“Nah di Rumah Belajar Batik ini sudah disesuaikan, di mana ada ruangan-ruangan belajarnya dari mulai membuat pola, mencanting, hingga menjahit. Bahkan mereka belajar bagaimana memperkenalkan produk kain batik melalui digitalisasi,” imbuhnya.
“Yang saya apresiasi YCAB ini sudah memiliki 3 rumah belajar batik lainya. Jadi kalau belajar itu mereka harus memiliki pengetahuan, kemauan dan psikomotorik. Jadi ini lengkap. Sehingga pada akhirnya bisa secara mandiri menghasilkan kain-kain batik yang mampu untuk menyesejaterakan mereka,” ungkap Atalia.
Ia menambahkan, kehadiaran YCAB bersama Dekranasda Jabar mudah-mudahan mampu mengeliatkan semangat kembali bagaimana supaya generasi penerus khususnya tidak hilang. Ke depan, program ini akan dikerjasamakan dengan dinas pendidikan supaya nanti remaja-remaja khususnya dari SMK diberikan bekal bagaimana bisa mendapatkan penghasilan dari membatik. Karena sekarang semua orang sudah menggunakan batik tidak hanya orang tua, ataupun orang yang mau ke kondangan saja. Namun sekarang dalam keadaan apapun bisa menggunakan batik seperti ke pantai atau arisan dan tidak malu menggunakan batik.
“Saya juga bersyukur karena sudah muncul lagi karya-karya baru pengembangan dari batik tradisional yaitu semacam ecoprint termasuk barusan saya dengar ada batik pendulum. Yang patut diapresiasi lagi yana mana YCAB mendorong agar masyarakat disabilitas diberikan kesempatan untuk mampu menghadirkan karya karena terapi bisa didatangkan dari bagaimana cara membatik. Biasanya itu polanya abstark dan itu bisa memberikan kontribusi terhadap perkembangan tumbuh kembang mereka,” pungkasnya.
Sementar itu, Founder dan CEO YCAB, Veronica Colondam mengatakan, target dari program Rumah Belajar Batik Tasikmalaya adalah 3200 orang untuk tahun pertama dan akan dilanjutkan dalam lima tahun ke depan dengan Deskranada Jabar.
“Jadi 3000 ini adalah ibu-ibu UMKM yang sudah dan memang perajin yang bisa menghasilkan karya tapi kita ajarin digital marketing. Pentingnya, mereka tidak perlu melewati rangkaian panjang melalui pengepul dan lainnya tapi bisa langsung jualan di melalui media sosial. Itu kita ajarkan di Rumah Belajar Batik Tasikmalaya ini,” kata Veronica.
Sementara itu, 200 orang lainnya adalah orang-orang yang memang belum pernah mengerti bagaimana cara membuat batik dan di Rumah Belajar Batik ini akan diajarkan semuanya hingga bisa menghasilkan karya yang tentunya bisa dijual.
“Ini tentunya akan memberikan kesejahteraan bagi para perajin yang belajar di Rumah Belajar Batik Tasikmalaya ini,” ucapnya.
Pada kesempatan tersebut, Atalia Praratya meninjau langsung bagaimana proses membatik dari mulai kelas teori, kelas menggambar, kelas mencanting, kelas menjahit dan hasil karya yang telah jadi.
Istri dari Ridwan Kamil itu juga berkesempatan membatik dengan menggunakan canting yang diajarkan langsung oleh guru dari Rumah Belajar Batik Tasikmalaya.
Editor : Asep Juhariyono