Rosi menyebut, dirinya tertarik dengan program yang ditawarkan pelaku karena melihat banyak siswa yang diberangkatkan sekolah ke China. Bahkan salah seorang saudaranya menyekolahkan anaknya melalui program yang dikelolah oleh terduga pelaku.
“Ada saudara saya sudah ikut program dia (pelaku) dengan iming-iming agen ini bisa mengurus anak-anak kami, menjamin keamanannya selama di sana (China), termasuk persiapan anak kami sekolah, mulai dari bahasa dan pelajarannya agar bisa mengikuti standar di sana,” ucapnya.
Dikatakan Rosi, berdasarkan pada hasil interogasi terhadap terduga pelaku, uang puluhan korban digunakan untuk keperluan siswa lain yang bersekolah di Taiwan. Selain itu, dana miliaran rupiah itu digunakan terduga pelaku untuk judi bola dan membayar utang pinjaman online (pinjol).
Rosi mengaku menyekolahkan anaknya di Tiongkok atau China dengan harapan nantinya anaknya akan lebih mudah saat masuk kuliah di negara tersebut.
Korban dugaan penipuan lainnya, Thomas, mengatakan, sebanyak 50 orang tua menjadi korban penipuan modus pendidikan di China dan study tour yang dikelola oleh terduga pelaku. Ia mengaku nilai kerugian yang dialami para korban mencapai Rp5 miliar.
“Total kerugian di data kami kurang lebih Rp5 miliar. Setiap korban berbeda-beda tergantung kegiatan yang ditawarkan," ujar Thomas.
Kasus dugaan penipuan dan penggelapan ini terungkap sejak Mei 2023 lalu. Terungkapnya berawal dari salah satu korban yang anaknya dijanjikan berangkat tapi batal.
“Harusnya anak kami itu masuk SMA di Hangzhou, China, supaya kalau mau lanjut ke universitas bisa lebih mudah," ujar dia.
Thomas mengaku, dirinya tertipu hingga Rp30 juta oleh terduga pelaku berinisial LIT. Lanjut dia, guru perempuan terduga pelaku bahkan awalnya mengaku sebagai kepala sekolah.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait