Mbah Gareng menjelaskan, Ratna Narekh sebenarnya adalah salah satu penari dari tanah Jawa. Ia murid dari tokoh sakti mandraguna yang hidup pada masa Prabu Airlangga. Namun, suatu ketika gurunya berhasil dikalahkan oleh salah seorang empu bernama Empu Barada.
Ratna Narekh bersama ke empat murid lainya kemudian melarikan diri ke tanah Jawa dan berpencar dengan tujuan agar tak mudah di temukan. Dalam pelariannya, Ratna Narekh membawa Gaman (pusaka) yang diyakini adalah pusaka kedigjayaan dengan tujuan untuk menaklukan para makhluk halus dan orang jahat di wilayah hutan Jawa Tengah hingga Jawa Timur.
“Tapi sejak dinyatakan kepergian mereka kala itu, Ratna Narekh tak pernah lagi terdengar kabarnya, diduga dia terus mempelajari keilmuan dan haus akan ilmu-ilmu suprantural warisan gurunya. Dan ada sebagian kisah yang menyatakan Ratna Narekh hidup awet muda, hingga akhirnya tersiar kabar bahwa dia singgah di desa yang bernama Wonokromo. Kala itu desa tersebut dipimpin oleh kepala desa yang arogan kepada wanita. Semua wanita tak luput dari godaanya sekalipun wanita yang sudah memiliki suami,” kata Mbah Gareng.
Supranaturalis yang juga pengamat sosial Mbah Gareng menuturkan, hingga satu ketika kepala desa mendengar informasi tentang kedatangan wanita di desanya yang tak lain wanita itu adalah Ratna Narekh.
Tanpa pikir panjang, kepala desa itupun mendatanginya dan menawarkan Ratna Narekh untuk menginap di rumahnya. Ajakan itupun diterima oleh Ratna Narekh. Malam itu, Ratna Narekh tertidur. Kepala desa beserta beberapa anak buahnya berniat mengintip dan berniat kurang baik. Namun, karena ilmu kanuragan yang dimiliki Ratna Narekh, ketika mereka mencoba membuka pintu tersebut mereka secara tiba-tiba langsung terpental dan mati di tempat. Begitupun kepala desanya. Dari situlah dia diangkat untuk menggantikan posisi kepala desa.
Editor : Asep Juhariyono