get app
inews
Aa Text
Read Next : Diky Chandra Soroti Penanganan Miras: Tak Cukup Razia, Harus Tuntas dari Hulu ke Hilir

Meningkatnya Kasus Asusila di Tasikmalaya, Psikolog: Akar Masalah Ada pada Pendidikan dan Pola Asuh

Sabtu, 17 Mei 2025 | 15:20 WIB
header img
Meningkatnya Kasus Asusila di Kabupaten Tasikmalaya, Psikolog Rinnie Riannydewi: Akar Masalah Ada pada Pendidikan dan Pola Asuh. Foto: Istimewa

TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id – Tren meningkatnya kasus asusila di Kabupaten Tasikmalaya memicu kekhawatiran berbagai pihak. 

Menurut psikolog Rinnie Riannydewi, fenomena ini tidak muncul begitu saja, tetapi dipengaruhi oleh sejumlah faktor mendalam yang berkaitan dengan pendidikan, lingkungan sosial, dan pola asuh keluarga. Hal tersebut disampaikan pada Sabtu (17/5/2025).

Rinnie menyoroti bahwa sistem pendidikan saat ini terlalu menitikberatkan pada aspek teoritis tanpa memberi ruang pada praktik nyata. 

“Nilai-nilai moral memang diajarkan di sekolah, tapi sayangnya sering hanya sebatas hafalan. Tanpa contoh dan keteladanan nyata, anak-anak tidak bisa menyerap nilai itu ke dalam perilaku mereka,” ungkapnya.

Ia juga menjelaskan bahwa lemahnya kontrol diri menjadi salah satu faktor utama meningkatnya perilaku menyimpang. 

Dalam ilmu psikologi, dorongan emosi yang tidak terkendali dikenal sebagai impuls yang dapat mengarahkan seseorang untuk bertindak berdasarkan nafsu sesaat, tanpa memikirkan konsekuensinya.

“Ketika individu lebih dikendalikan oleh emosi atau keinginan biologis tanpa pengendalian diri yang kuat, maka perilaku menyimpang, termasuk tindakan asusila, bisa lebih mudah terjadi,” jelas Rinnie.

Kurangnya pemahaman mengenai seksualitas dan moral sejak usia dini juga dinilai sebagai pemicu utama. Banyak orang tua masih menganggap topik ini sebagai sesuatu yang memalukan atau tabu untuk dibahas.

“Anak-anak akhirnya mencari tahu sendiri dari media sosial atau internet, yang belum tentu memberikan informasi yang benar dan mendidik,” katanya.

Lebih lanjut, Rinnie menyayangkan pola asuh yang terlalu fokus pada capaian kognitif dan hafalan agama semata, tanpa menyentuh aspek penguatan emosional dan spiritual anak.

“Mengajarkan tahfidz itu baik, tapi harus seimbang dengan pembentukan karakter. Anak perlu belajar tentang kasih sayang, kesabaran, dan pengendalian diri agar tidak tumbuh menjadi pribadi yang rapuh secara emosional,” ujarnya.

Dalam pandangan Rinnie, upaya menekan angka kasus asusila tak bisa dibebankan pada satu pihak saja. Pemerintah daerah, lembaga pendidikan, serta keluarga harus duduk bersama merumuskan langkah preventif yang holistik.

“Pendidikan moral dan seksualitas perlu menjadi bagian dari kurikulum yang disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan anak. Pemerintah juga harus aktif membangun sistem pendukung yang memberdayakan keluarga,” pungkasnya.

Fenomena ini menjadi tantangan serius bagi Kabupaten Tasikmalaya. Namun dengan kerja sama antara masyarakat, tenaga ahli, dan pemerintah, masa depan generasi muda masih bisa diselamatkan dari ancaman penyimpangan moral.

 

Editor : Asep Juhariyono

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut