Dari hasil berjualan kembang tahu, Momon bisa menghidupi keluarganya yang terdiri dari tiga anak, dua di antaranya sudah berkeluarga, sementara yang bungsu masih belajar di pondok pesantren.
"Alhamdulillah, dari jualan ini bisa untuk kebutuhan sehari-hari, meski usahanya kecil tapi sangat membantu," ujarnya.
Momon menjelaskan bahwa proses pembuatan kembang tahu tidak memakan waktu lama.
"Kedelai direndam kurang dari 6 jam, kemudian dicuci, digiling, disaring, dan dimasak sampai mendidih. Saosnya terbuat dari gula merah, pandan, dan jahe. Prosesnya sederhana, yang paling lama hanya saat merendam kedelai," jelasnya.
Setiap hari, Momon membawa sekitar tiga kilogram kembang tahu untuk dijual, dan biasanya habis dalam sehari. "Satu porsi saya jual Rp 6 ribu," tambahnya.
Menurut beberapa pelanggan, kembang tahu memiliki banyak khasiat, terutama untuk menjaga kesehatan.
"Saya sudah jualan selama 25 tahun, dan kata orang-orang, kembang tahu bagus untuk mereka yang bekerja berat, serta bermanfaat untuk mengatasi panas dalam," pungkasnya.
Dengan kehadiran pedagang seperti Momon, masyarakat Tasikmalaya kini dapat menikmati hidangan tradisional kembang tahu yang kaya akan manfaat, sekaligus mendukung pelestarian kuliner lokal.
Editor : Asep Juhariyono