CIAMIS, iNewsTasikmalaya.id - Peternakan ayam di Ciamis yang telah mengalami fluktuasi harga dan berbagai tantangan selama bertahun-tahun, kini siap untuk kembali bangkit.
Para peternak ayam di Ciamis kini semakin bersemangat untuk mengisi kembali kandang-kandang mereka, memproduksi berbagai jenis ayam, termasuk ayam ras pedaging (broiler), ayam ras petelur, dan ayam kampung.
"Peternakan ayam di Ciamis segera bangkit kembali setelah mengalami pasang surut akibat fluktuasi harga selama ini," kata Ketua Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GO-PAN), Hery Dermawan, dalam acara halal bihalal peternak ayam se-Priangan di Gedung Galuh Karya Rahayu Ciamis pada Rabu (8/5/2024.
Acara tersebut dihadiri oleh sekitar 300 pengusaha peternakan dan peternak ayam dari Ciamis, Tasikmalaya, Banjar, Pangandaran, dan Garut.
Hery Dermawan menjelaskan, bahwa program penanganan stunting telah dimulai sejak tahun 2023, dan akan kembali berjalan setelah periode pemilu.
Program tersebut melibatkan penggunaan daging ayam dan telur sebagai bagian dari pemberian makanan bergizi bagi anak-anak yang menderita stunting.
"Kebutuhan akan daging ayam mencapai ribuan ton, tetapi akan disesuaikan dengan jumlah anak yang menderita stunting," katanya.
Dia juga menyebutkan, bahwa peluang besar bagi peternak ayam di Ciamis adalah program makan siang gratis yang akan dimulai pada tahun 2025.
Salah satu komponen penting dari program ini adalah penggunaan daging ayam dan telur lokal. "Ini merupakan peluang luar biasa bagi peternak rakyat di Ciamis dan sekitarnya untuk bangkit kembali," tambah Hery.
Di bawah kondisi normal, peternak ayam di Ciamis mampu memproduksi 2 juta ekor ayam ras pedaging setiap minggu. Namun, karena fluktuasi harga, saat ini hanya sedikit peternak yang bertahan, dengan produksi rata-rata sekitar 500.000 ekor ayam pedaging per minggu.
"Dengan adanya program makan siang gratis ini, kami yakin tingkat produksi dapat kembali normal sekitar 2 juta ekor per minggu, bahkan lebih," ujarnya.
Menurut Hery, program-program ini akan menciptakan stabilitas dalam suplai dan permintaan, yang pada gilirannya akan menguntungkan peternak dan meningkatkan kestabilan harga.
“Dengan adanya permintaan yang stabil dan terukur dari program pemerintah tersebut tentunya juga berdampak pada kestabilan harga yang juga menguntungkan peternak,” pungkasnya.
Editor : Asep Juhariyono