Dalam sambutannya Ketum PWI Pusat mengatakan, lomba puisi audio visual tingkat nasional yang digagas PWI Pusat sangat penting.
"Bukan semata untuk mendekatkan puisi via audio visual kepada penikmatnya, tapi juga sekaligus menjaga elan vital puisi akan selalu bisa menjaga hati penciptanya dan penikmatnya," kata Hendry Ch Bangun yang lulusan Fakultas Sastra UI.
Di tempat sama, Wakil Sekjen I PWI Pusat, Raja Parlindungan Pane, menambahkan, khusus untuk Lomba Baca Puisi antar Wartawan-Penyair, dalam penyelenggaraan terdekat akan digarap dalam format yang jauh lebih serius.
"Kita berencana dalam waktu dekat akan menyelenggarakan di TIM (Taman Ismail Marzuki), dengan format lebih akbar dan melibatkan semua pemangku kepentingan dunia kepenyairan dan kewartawanan," kata Raja Pane.
Apalagi, imbuh dia, antusiasme wartawan penyair yang hadir dalam HPN 2024 mengikuti lomba ini sangat besar.
Sementara Ketua Juri Lomba Puisi Audio Visual, Benny Benke, menjelaskan, setelah melalui proses kuratorial yang terukur, parameter penilaian lomba yang diikhtiarkan akan berjalan saban tahun ini, adalah kesederhanaan yang subtil.
"Atau ada kelarasan antara teknologi dan puisi, di luar originalitas cara membawakan karya puisi. Karya puisi harus mampu melaraskan kekuatan puisi yang harus dibunyikan dan teknologi, atau syukur-syukur mampu melaraskannya menjadi karya yang utuh," kata Benny.
Atau meminjam bahasa AR Loebis dan Wina Armada Sukardi, sebagai anggota juri, penilaian utama dari lomba adalah penghayatan aku lirik dalam mengekpresikan kata, dan makna yang dibacanya. Selain tentu saja ada pendalaman nilai estetika dalam membawakan poetry reading.
"Karena hanya via penghayatan, atau kesesuaian dan keselarasan serta ketepatan emosi dalam membaca puisi, dikaitkan dengan kandungan atau tema dan makna puisi, menjadi poin krusial," ujar Benny.
Selanjutnya, baru masuk ke persoalan teknis, seperti vokal, sebagai alat atau tool terpenting dalam mengartikulasikan bunyi untuk menyampaikan isi pikiran dan suasana hati kepada penonton/pendengar.
Dan akhirnya, tambah Benny, penampilan, sebagai unsur wujud "performance" yang menunjukkan karakter serta totalitas keutuhan penampilan. Yang kesemuanya itu, direkam dalam medium audio visual yang selaras. Atau dalam bahasa sederhana, kecanggihan teknologi tidak menenggelamkan aspek estetika pembacaan puisinya, tapi justru menjadi pendukung utama dramaturgi puisi. Karenanya, keselarasan menjadi sangat penting sekali dalam lomba ini.
Editor : Asep Juhariyono