"Tim Majelis Ad Hoc nanti setelah selesai bertugas akan memberikan sejumlah rekomendasi terkait hasil investigasinya. Termasuk rekomendasi bentuk sanski yang akan dikeluarkan jika terbukti bersalah," ujar Uus.
Seperti diketahui seorang ibu muda bernama Nisa Armila (22), warga Kecamatan Bungursari, melahirkan anak pertama di sebuah klinik di Jalan Bantarsari, Senin (13/11/2023) malam.
Bayi berjenis kelamin laki-laki itu saat ditimbang hanya memiliki berat sekitar 1,7 kg. Karena beratnya tidak normal kemudian dimasukkan ke inkubator.
Keesokan harinya pihak keluarga dibuat heran karena pihak klinik menyilakan ibu dan bayi untuk pulang. Mereka sempat mempertanyakan keputusan klinik itu karena kondisi berat bayi yang tidak normal.
"Sebenarnya sejak awal kami sudah merasakan pelayanan yang tidak profesional. Puncaknya ketika bayi dengan kondisi masih mengkhawatirkan harus dibawa pulang. Pihak klinik mengklaim bahwa kondisi bayi sehat," ungkap Nadia (26), kakak ipar Nisa, yang ikut mengantar ke klinik sejak awal.
Dengan berat hati, bayi pun akhirnya dikeluarkan dari inkubator dan dibawa pulang.
Keesokan harinya, Selasa (14/11/2023) malam, kondisi bayi drop. Pihak keluarga langsung membawa kembali ke klinik.
"Saat tiba, klinik ternyata tutup padahal klaimnya klinik buka 24 jam. Setelah kami gedor-gedor akhirnya ada petugas yang membuka dan diperiksa," kata Nadia.
Seluruh keluarga saat itu langsung lemas dan syok karena bayi dinyatakan sudah meninggal. "Yang tambah bikin kami sakit hati, petugas yang ada pada pergi entah ke mana," ungkap Nadia.
Karena masih penasaran, keluarga membawa bayi ke rumah sakit swasta ternama. "Saat diperiksa ternyata bayi memang sudah meninggal. Yang membuat kami nelangsa, petugas kesehatannya bilang kenapa bayi seberat itu tidak diinkubator," ujar Nadia. Bahkan saat ditimbang beratnya hanya 1,5 kg.
Merasa ada kelalaian dari klinik, pihak keluarga akhirnya mengadu ke Dinkes Kota Tasikmalaya dan bahkan ke Polres Tasikmalaya Kota.
"Kematian memang takdir Allah SWT. Kami hanya ingin agar kejadian serupa tidak menimpa ibu-ibu lainnya. Cukup kami saja. Karena itu harus ada efek jera," tandas Nadia.
Editor : Asep Juhariyono