TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id – Sejumlah anak di Kota Tasikmalaya diduga terkena campak. Hal itu seperti diungkapkan Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tasikmalaya Asep Hendra Hendriana.
Menurutnya, anak-anak yang diduga terkena campak dirawat di beberapa rumah sakit di Kota Tasikmalaya. Pihaknya pun telah mengambil sampel dan dikirimkan ke laboratorium kesehatan daerah (labkesda) Provinsi Jawa Barat (Jabar).
“Ada 4 atau 6 anak yang diduga terkena campak. Semuanya memiliki gejala seperti campak. Kita sudah ambil sampelnya untuk diperiksa, mungkin hasilnya dalam dua minggu lagi,” kata Asep, Rabu (25/1/2023).
Ia menuturkan, di masing-masing rumah sakit sudah ada surveilans untuk melaporkan perkembangan kondisi atau kasus yang mungkin berpotensi terjadinya wabah atau kejadian luar biasa (KLB).
“Semuanya masih diduga ya, untuk kepastiannya harus menunggu hasil lab,” ujarnya.
Asep menyebut, kasus campak di Kota Tasikmalaya memang ada dari tahun lalu. Bahkan pihaknya mengirimkan 30 sampel terduga campak ke labkesda dan hasilnya satu yang positif.
Kendati demikian, pasien yang dinyatakan positif campak tersebut tidak sampai mengalami kedaruratan dan bisa sembuh.
“Yang positif sudah sembuh dan sudah vaksin lengkap. Sebenarnya yang kita takutkan itu adanya komplikasi dan itu bisa mengancam keselamatan jiwa terutama pada balita yang memang belum vaksi MR,” ungkapnya.
Ia mengimbau kepada para orang tua agar memberikan vaksin dasar lengkap untuk anak-anaknya sehingga ketika terkena virus, kalau sudah divaksin kemungkinan tidak akan berat gejalanya.
“Vaksin itu kan untuk membentuk sistem imun pada anak. Untuk cakupan vaksinasi di Kota Tasikmalaya cukup bagus, hanya beberapa persen saja yang memang tak mau vaksin,” tandasnya.
Asep menjelaskan, penyakit campak adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dari keluarga Paramixovirus. Penyakit ini memiliki gejala klinis seperti demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva), dan ruam kulit.
“Penularannya melalui udara,” pungkasnya.
Editor : Asep Juhariyono