get app
inews
Aa Text
Read Next : Tangis Pecah di Cieunteung, Jenazah Korban Penusukan Disambut Haru Keluarga dan Warga

Potret Rumah Tidak Layak Huni di Kota Tasikmalaya, Penghuni: Takut Ambruk Saat Hujan

Rabu, 23 Juli 2025 | 10:22 WIB
header img
Potret Rumah Tidak Layak Huni di Kota Tasikmalaya, Penghuni: Takut Ambruk Saat Hujan. Foto: iNewsTasikmalaya.id/Kristian

TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id — Di sudut Kelurahan Setiamulya, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, berdiri sebuah rumah kecil berukuran sekitar 5x3 meter yang dihuni oleh empat orang, Dede Yayat (32), istrinya Yuyun (37), anak mereka Aditya (9), serta adik bungsunya Shela (14). 

Kondisi rumah yang berdinding bilik bambu dan beratap asbes itu jauh dari kata layak huni, bahkan membahayakan penghuninya saat hujan deras disertai angin kencang mengguyur wilayah tersebut.

Tinggal di Kampung Sindangsari RT 03 RW 05 sejak awal tahun 2000-an, Dede membesarkan adik perempuannya Shela, yang sudah tinggal bersamanya sejak duduk di bangku kelas 4 SD setelah ditinggal kedua orang tuanya. 

Dalam ruang sempit yang dijejali barang kebutuhan harian, keluarga kecil ini harus berbagi tempat dan kenyamanan yang serba terbatas.

“Kalau hujan angin datang, pasti rasa takut menyelimuti. Dinding dari bilik dan atap asbesnya mudah bergeser, suara gemuruhnya saja bikin khawatir akan roboh,” tutur Dede saat ditemui Selasa (22/7/2025).

Kondisi rumah yang memprihatinkan tak hanya soal bangunan, namun juga fasilitas dasarnya. Rumah tersebut belum memiliki tempat mandi, cuci, dan kakus (MCK) yang memadai. 

Untuk mandi dan mengambil air bersih, Dede harus berjalan cukup jauh ke arah persawahan, menimba air dari sumur warga sekitar.

“Kami mandi dan cuci di bawah, bawa airnya naik ke rumah. Cukup jauh jaraknya. Mau tak mau harus dijalani,” ungkapnya.

Dede menghidupi keluarganya dengan membuat sandal secara mandiri di rumah. Produk hasil karyanya dijual langsung ke warung-warung atau emperan toko. Dalam satu kodi sandal dewasa, ia hanya mendapatkan keuntungan bersih sekitar Rp70.000.

“Saya produksi sendiri, istri kerja serabutan, ngurus anak juga. Kalau saya keliling jual sandal ke warung atau pasar. Harganya kalau ke warung Rp120 ribu per kodi untuk dewasa, anak-anak Rp100 ribu. Kadang hanya dibeli lima pasang saja,” jelas Dede.

Meski hidup dalam keterbatasan, ia bersyukur karena sesekali masih menerima bantuan dari pemerintah setempat. Namun, ada satu hal yang masih menjadi ganjalan besar baginya: status tanah yang bukan milik pribadi.

“Tanah ini milik kerabat, bukan punya saya. Kalau ada bantuan atau bantuan rumah layak huni pun kadang terkendala soal status lahan. Saya hanya berharap semoga pemerintah atau wakil rakyat bisa bantu menyelesaikan soal tanah ini,” harap Dede dengan suara lirih.

Baru-baru ini, Kapolres Tasikmalaya Kota AKBP Moh Faruk Rozi menyempatkan diri berkunjung ke rumah Dede. Selain melihat langsung kondisi hunian, pihak kepolisian juga memberikan bantuan sebagai bentuk kepedulian terhadap warga yang membutuhkan.

Kisah keluarga Dede menjadi potret nyata masih banyaknya warga yang tinggal dalam kondisi memprihatinkan di pelosok kota. Diperlukan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga sosial untuk mewujudkan kehidupan yang lebih layak bagi mereka yang masih berjuang di tengah keterbatasan.

Editor : Asep Juhariyono

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut