TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id - Pahlawan Nasional asal Tasikmalaya dapat Anda simak dalam artikel ini.
Hari Pahlawan diperingati setiap tahunnya pada 10 November. Hari pahlawan 10 November ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 316 tahun 1959 pada 16 Desember 1959.
Penetapan 10 November sebagai hari pahlawan berdasarkan pada sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan pasukan sekutu di Surabaya pada 1945.
Perlawanan dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah dilakukan diseluruh wilayah nusantara tidak terkecuali di Tasikmalaya.
Berkat perjuangannya dalam melawan penjajahan, sejumlah tokoh asal Tasikmalaya pun dianugrahi sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah Indonesia untuk mengenang jasa-jasanya.
Lantas, siapa saja pahlawan nasional asal Tasikmalaya? Dirangkum dari berbagai sumber, Kamis (10/11/2022) berikut ini pahlawan nasional asal Tasikmalaya:
1. KH. Zainal Mustofa
KH Zainal Mustofa, Pahlawan Nasional Asal Tasikmalaya. Foto: Ist
Pahlawan nasional asal Tasikmalaya yang pertama adalah KH. Zainal Mustofa. Beliau lahir di Tasikmalaya, pada 1899 tepatnya di Kampung Bageur, Desa Cimerah, Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya. Ia meninggal pada 25 Oktober 1944 di Ancol, Jakarta Utara, di usia yang masih terbilang muda yakni 45 tahun.
KH. Zainal Mustafa merupakan seorang ulama yang terkenal karena sikapnya yang tegas dan memberontak kepada penguasa, baik pada masa penjajahan kolonial Belanda maupun Jepang.
Beliau mendirikan Pondok Pesantren (Ponpes) Sukamanah pada 1927. Pada 1940-1941, KH Zainal Mustofa gencar melakukan serangan kepada pemerintah kolonial Belanda, sehingga pada 17 November 1941, KH Zainal Mustafa ditangkap dan dipenjarakan di Sukamiskin.
Pada masa penjajahan Jepang, sikapnya tidak berubah. Ia selalu hati-hati dengan penjajah sehingga dengan tegas menyatakan tidak mau bekerja sama dengan pemerintah Jepang.
Pada 25 Februari 1944 KH Zainal Mustafa, menerima tamu Jepang yang memintanya untuk menghadap kantor Kempetai di Tasikmalaya untuk meminta maaf. Utusan Jepang kemudian disergap.
Hal itu berdampak pada penyerangan ke pesantren Sukamanah dari segala penjuru oleh tentara Jepang. KH Zainal Mustafa ditangkap dan dipenjarakan di penjara Cipinang, Jakarta.
Untuk mengenang jasanya, KH Zainal Mustofa pun diabadikan dengan dijadikan sebuah nama jalan di pusat Kota Tasikmalaya yang terkenal dengan jalan HZ.
2. Kapten Naseh
Kapten Naseh, Pahlawan Nasional Asal Tasikmalaya. Foto: Ist
Pahlawan nasional kedua asal Tasikmalaya adalah Kapten Naseh. Dia adalah anak dari pasangan suami istri pedagang batik, Rustijan dan Sulbiah.
Kapten Naseh mengecam pendidikan di Hollandsche Inlandsche School (HIS) Tasikmalaya kemudian melanjutkan ke Handle School Bandung.
Oleh penjajah, Naseh sempat dijebloskan ke penjara di Tasikmalaya karena masuk daftar sebagai orang berbahaya. Kapten Naseh juga menjadi saksi saat KH Zainal Mustofa dimasukan ke dalam penjara di Tasikmalaya oleh tentara Jepang karena memimpin pemberontakan di Pesantren Sukamanah. Bahkan Naseh lebih dulu masuk ke penjara dari pada sang kyai.
Kapten Naseh pun diabadikan menjadi nama sebuah jalan di Kota Tasikmalaya yakni Jalan Kapten Naseh yang berada di daerah simpang 4 Jalan Ampera dan Jalan Mitra Batik.
3. Ir. H. Djuanda Kartawijaya
Ir H Djuanda Kartawijaya, Pahlawan Nasional Asal Tasikmalaya. Foto: Ist
Pahlawan nasional asal Tasikmalaya yang ketiga adalah Ir H Djuanda Kartawijaya. Ia dilahirkan di Tasikmalaya pada 14 Januari 1911 dan meninggal 7 November 1963 di Jakarta diusia 52 tahun.
Ir H Djuanda pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan pada Kabinet Kerja I dan II, Menteri Pekerjaan Umum pada Kabinet Hatta I, Menteri Perdagangan pada Kabinet RIS, dan Menteri Perhubungan pada Kabinet Syahrir III dan menjabat Perdana Menteri pada 1957-1959.
Ir H Djuanda memiliki peran besar menjaga kedaulatan maritim Indonesia di awal masa kemerdekaan. Ia mengeluarkan Deklarasi Djuanda pada 13 Desember 1957.
Dalam deklarasi tersebut, ia menyatakan kepada masyarakat internasional bahwa segala perairan yang menghubungkan pulau-pulau Indonesia masuk dalam teritori Negara Republik Indonesia.
Deklarasi itu juga menyatakan bahwa penentuan batas laut 12 mil yang diukur dari garis-garis yang menghubungkan titik terluar pada pulau-pulau Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Untuk mengenang jasanya, Ir H Djuanda pun diabadikan dalam uang pecahan Rp50 ribu sejak 16 Desember 2016 dan dijadikan nama Jalan disejumlah daerah termasuk di Kota Tasikmalaya, yakni Jalan Ir H Djuanda (By Pass) yang menghubungkan wilayah Jati, Kecamatan Indihiang dengan wilayah Linggajaya, Kecamatan Mangkubumi.
Itulah nama-nama pahlawan nasional asal Tasikmalaya. Semoga menambahkan pengetahuan Anda dalam sejarah perjuangan bangsa dalam melawan penjajahan.
Editor : Asep Juhariyono