Kisah berawal, ketika Eyang Prabudilaya memiliki dua istri bernama Sekar Karembong yang kini dimakamkan di Bantar. Sedangkan istri kedua, Sembadrem belum diketahui dimana tempat persemayaman terakhirnya.
Kedua istri Eyang Prabudilaya saling mencari setelah suami mereka pergi. Istri pertama mencari ke tempat istri kedua dan sebaliknya. Pencarian itu membuahkan hasil. Sang suami ditemukan tergeletak di suatu tempat.
Namun saat ditemukan, Eyang Prabudilaya telah terbunuh. Tempat terbunuhnya Eyang Prabudilaya dinamakan Situ Cibeureum. Oleh para pengikutnya, Eyang Prabudilaya digotong menggunakan kain sarung yang diikat ke bambu panjang.
Bambu patah selama perjalanan, tetapi dapat dihubungkan kembali dengan tanah kemudian diletakkan kembali di tandu. Saat ini, daerah yang menghubungkan bambu dengan tanah disebut Mangkubumi.
Perjalanan berlanjut, tetapi setelah berjalan jauh, tiba-tiba pengikutnya nagog atau berjongkok. Lokasi tempat nagog itu saat ini disebut nagrog. Setelah berjalan jauh, pengikut Eyang Prabudilaya melewati suatu tempat yang berudara dingin dan memutuskan untuk beristirahat sejenak.
Editor : Asep Juhariyono