JAKARTA, iNewsTasikmalaya.id – Liem Seeng Tee adalah seorang pendiri rokok Sampoerna yang memulai bisnisnya dari bawah. Sebagai seorang imigran yang berasal dari Cina dan mengadu nasib di Indonesia, jatuh bangun usaha telah dia rasakan hingga bisa menjadi pengusaha sukses.
PT HM Sampoerna yang didirikannya menjadi salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia. Bahkan, kapitalisasi pasar saham perusahaan rokok ini tercatat mencapai Rp343 triliun pada 30 Juli 2019.
Lalu seperti apa kisah Liem Seeng Tee dalam mendirikan perusahaan rokok Sampoerna? Simak ulasannya berikut ini.
Kisah Liem Seeng Tee mendirikan Sampoerna
Lim Seeng Tee lahir di Fujian, Cina pada tahun 1893 dari keluarga miskin. Ketika berusia 5 tahun, ia yang merupakan piatu bersama ayah dan kakak perempuannya memutuskan untuk datang ke Indonesia dengan menumpang kapal dagang.
Namun sebelum sampai di Indonesia, sang kakak diadopsi oleh orang yang cukup berada di Singapura. Perjalanan pun dilanjutkan oleh Liem Seeng Tee dan sang ayah hingga tiba di Surabaya.
Setelah 6 bulan berada di Surabaya, Liem Seeng Tee harus kehilangan anggota keluarganya lagi. Sang ayah meninggal dunia setelah mengalami sakit keras.
Usia kepergian sang ayah, Liem Seeng Tee pindah ke Bojonegoro. Ia pun tinggal bersama sebuah keluarga kepercayaan ayahnya.
Di Bojonegoro, Lie Seeng Tee banyak diajarkan ilmu perniagaan hingga membuatnya mandiri sejak usia dini. Ia bahkan memutuskan untuk pergi dari keluarga angkatnya demi mengadu nasib.
Untuk menyambung hidup, Liem Seeng Tee berjualan di gerbong kereta api jurusan Jakarta-Surabaya. Dari sanalah, uangnya terkumpul sedikit demi sedikit hingga mampu membeli sepeda.
Tak hanya berdagang, Liem Seeng Tee juga pernah bekerja sebagai buruh pelinting rokok di sebuah pabrik yang ada di Lamongan. Namun setelah menikah dengan Siem Tjiang Nio pada tahun 1912, ia berhenti dari pekerjaannya sebagai pelinting rokok dan menyewa warung di Surabaya.
Bersama sang istri, Liem Seeng Tee menjual aneka kebutuhan pokok. Tak hanya duduk diam menunggu pelanggan di warung, Liem Seeng Tee juga menjajakannya dengan berkeliling ke rumah-rumah warga.
Warung Liem Seeng Tee pun begitu maju dan banyak mendatangkan pembeli. Sayangnya, ia harus menghadapi cobaan lagi setelah warung miliknya terbakar.
Di tengah-tengah menghadapi cobaan, ia justru mendapatkan tawaran untuk membeli perusahaan tembakau yang bangkrut. Liem Seeng Tee yang memiliki keahlian meracik dan melinting tembakau menjadi rokok pun tertarik dan membelinya dengan tabungan milik sang istri. Tak disangka, bisnis rokoknya berkembang begitu pesat hingga ia dan sang istri mampu membeli sebuah gedung bekas yayasan panti asuhan seluas sebagai tempat produksi. Ia juga membangun perusahaan dengan nama PT Hanjaya Mandala Sampoerna atau yang lebih dikenal sebagai PT HM Sampoerna.
Saat itu, PT HM Sampoerna memproduksi beberapa varian rokok, seperti Dji Samsoe, 123, 720, 678, dan Djangan Lawan. Perusahaan ini juga memiliki bioskop di kawasan Pabrik Taman Sampoerna yang terus beroperasi hingga saat ini.
Namun pada tahun 1956, Liem Seeng Tee menghembuskan nafas terakhirnya. Kepemimpinan PT HM Sampoerna pun beralih ke putranya, Liem Swie Ling atau biasa dikenal sebagai Aga Sampoerna.
Editor : Asep Juhariyono