get app
inews
Aa Read Next : Letkol Kopassus Atang Sutresna Kelahiran Tasikmalaya Gugur, Peluru Fretilin Robek Perut dan Kepala

Legenda Kopassus Ini Tetap Bungkam Tak Mau Bocorkan Rahasia Negara Meski Luka Tembak Ditusuk Bayonet

Senin, 05 September 2022 | 09:52 WIB
header img
Legenda Kopassus Ini Tetap Bungkam Tak Mau Bocorkan Rahasia Negara Meski Luka Tembak Ditusuk Bayonet. (Foto: Penkopassus)

Panglima Mandala Mayjen TNI Soeharto yang melepas keberangkatan pasukan di Lapangan Udara Lahat, Amahai, Ambon, menyebut misi ini sebagai one way ticket (misi tanpa ada jaminan bisa selamat kembali pulang).

Aksi berani prajurit Kopassus juga membuat heran Belanda. Mereka tidak menyangka, tentara Indonesia berani melakukan penerjunan di pedalaman hutan rimba Papua yang ganas di pagi buta. Bagi mereka hanya orang-orang gila dan punya nyali nekat yang berani melakukan misi ini.

Selanjutnya, Benny Moerdani melakukan perekrutan dan Agus mengajukan diri untuk ikut dalam operasi tersebut. Agus kemudian terpilih menjadi komandan karena pernah mengikuti pendidikan komando di Amerika Serikat.

”Saat Kapten Benny Moerdani bertanya siapa yang mau jadi komandan dan terlibat dalam operasi ini, saya lihat Pa Agus salah satu dari segelintir yang maju. Sementara yang lain hanya saling menatap satu sama lain,” kata Pratu Tambeng Tamto, anak buah Agus Hernoto dikutip SINDOnews Minggu (4/9/2022).

Tepat pukul 03.30 dini hari waktu setempat, tiga pesawat Dakota C-47 dipimpin Mayor Udara Y.E. Nayoan, Komandan Skuadron 2 Transport lepas landas mengangkut pasukan yang akan diterjunkan di daerah Fakfak.

Meski sempat mendapat serangan dari pesawat Neptune Belanda, Agus Hernoto dan pasukannya berhasil melakukan penerjunan. Menjelang pagi, pasukan Agus mendarat di sebelah utara Fakfak.

Namun nahas, daerah penerjunan merupakan hutan belantara yang belum terjamah manusia. Akibatnya, tidak sedikit pasukan Agus yang tersangkut di pohon dengan ketinggian 20-30 meter. Tali yang dibawa pasukannya ternyata tidak cukup membantu mereka untuk turun. “Beberapa prajurit ada yang patah kakinya karena meloncat dari pohon yang tinggi,” ucap Tambeng.

Lebatnya hutan rimba di belantara Papua membuat mereka tidak dapat membedakan siang dan malam. Kondisi medan yang sulit diperparah dengan rusaknya radio komunikasi. Akibatnya, komunikasi Agus dan pasukannya dengan komando pusat di Ambon terputus.

Kondisi ini membuat Agus bersama anak buahnya bertahan dengan perbekalan seadanya. Setelah sebulan bertahan dan melakukan konsolidasi di Kampung Urere, Agus dan pasukannya memutuskan untuk bergerak.

Namun baru saja meninggalkan kampung tersebut, tiba-tiba tentara Belanda menyerang. Serangan mendadak itu membuat lima anak buahnya gugur. Pertempuran demi pertempuran melawan tentara Belanda semakin intensif.

Satu persatu anak buahnya gugur ditembak musuh. Dua anggotanya kembali gugur saat kontak tembak di dekat Kampung Nemboektep.

Editor : Asep Juhariyono

Follow Berita iNews Tasikmalaya di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut