TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id – Inilah fakta naiknya harga tiket pesawat di Indonesia yang menjadi sorotan masyarakat. Sejauh ini, harga tiket pesawat dikeluhkan masyarakat Indonesia, terlebih oleh mereka yang sering bepergian menggunakan moda transportasi udara.
Naiknya harga tiket pesawat juga disoroti Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bahkan presiden meminta Menteri BUMN Erick Thohir untuk segera menambah pesawat maskapai Garuda Indonesia agar harga tiket pesawat bisa segera kembali ke harga normal.
Sebagai regulator, pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk menekan harga tiket pesawat agar tidak terus naik.
Lantas apa saja yang menyebabkan harga tiket pesawat naik? Berikut fakta naiknya harga tiket pesawat yang dirangkum iNewsTasikmalaya.id dari berbagai sumber:
Harga avtur naik digadang-gadang sebagai salah satu penyebab naiknya harga tiket pesawat. Hal tersebut seperti disampaikan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi belum lama ini. Di samping itu, penyebab lainnya adalah sejumlah angkutan transportasi udara mengalami tingkat okupansi yang rendah di mana tidak sampai 50 persen.
2. Kenaikan Harga Tiket Pesawat Direstui
Fakta naiknya harga tiket pesawat berikutnya adalah Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memberikan izin maskapai untuk menaikkan harga tiket pesawat.
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan menetapkan KM 142 Tahun 2022 tentang Besaran Biaya Tambahan (Surcharge) yang Disebabkan Adanya Fluktuasi Bahan Bakar (Fuel Surcharge) Tarif Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri, berlaku mulai 4 Agustus 2022.
Adapaun besaran biaya tambahan untuk pesawat udara jenis jet, paling tinggi yakni 15 persen dari tarif batas atas sesuai kelompok pelayanan masing-masing maskapai. Sedangkan untuk pesawat udara jenis propeller paling tinggi yakni 25 persen dari tarif batas atas sesuai kelompok pelayanan masing-masing maskapai.
Pelaksana tugas (Plt) Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nur Isnin Istiartono mengatakan, kebijakan tersebut perlu ditetapkan agar maskapai memiliki pedoman dalam menerapkan tarif penumpang.
"Secara tertulis, himbauan ini telah kami sampaikan kepada masing-masing direktur utama maskapai nasional, untuk dapat diterapkan di lapangan," kata Nur Isnin dalam keterangan resminya.
3. Kemenhub tetapkan kebijakan tarif nol rupiah jasa PJP4U
Untuk mengendalikan harga tiket pesawat di tengah naiknya harga avtur dunia, Kemenhub mengeluarkan kebijakan yang di antaranya yaitu menetapkan kebijakan pengenaan tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp0,- (nol rupiah) atau nol persen terhadap Jasa Pendaratan, Penempatan dan Penyimpanan Pesawat Udara (PJP4U), yang berlaku di Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) melalui Keputusan Dirjen Perhubungan Udara Nomor PR 14 Tahun 2022.
4. Kemenhub libatkan pemda untuk mengatur tarif
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, kementeriannya masih mengatur secara detil agar tarif di sektor transportasi udara tidak terlalu tinggi.
“Saya sudah sampaikan ke Pak Dirjen, kami akan bicara detil dengan pemangku sektor transportasi lainnya. Satu hal penting, adalah keikutsertaan pemda berbagi dengan sistem sharing atau subsidi kepada masyarakat,” kata Budi Karya di Jakarta, Kamis (18/8/2022).
Pemberian subsidi dari pemda, lanjut Menhub, karena masih adanya inefisiensi yang menyebabkan sejumlah angkutan transportasi mengalami tingkat okupansi yang rendah atau tidak sampai 50 persen.
“Artinya dengan tingkat keterisian yang rendah itu, membuat keharusan mereka menetralisir harga. Kalau itu ada subsidi, mereka membantu memasarkan hingga okupansi naik, harga akan bisa dipertahankan. Harga itu kan berbanding lurus dengan tingkat keterisian yang ada,” ujarnya.
“Karena itu pengaturan yang baik demi menjaga keseimbangan hargga atau tarif pesawat harus dikoordinasikan dengan daerah, agar inflasi tidak tinggi. Per kluster, misalnya di Sulsel, Sumsel, Kalimantan, Aceh dan daerah lain kita ajak bicara supaya okupansinya juga bisa lebih baik,” tandasnya.
Itulah fakta naiknya harga tiket pesawat di Indonesia. Bagaimana menurut Anda?
Editor : Asep Juhariyono