Ataliya menyebut, di Rumah Belajar Batik Tasikmalaya ini diajarkan tentang bagaimana proses membuat batik yang baik, literasi keuangan, dan memperkenalkan produk melalui digitalisasi. Dan yang menariknya, lanjut Atalia, bahwa di Rumah Belajar Batik Tasikmalaya ini ada cara pengelolaan limbahnya sehingga tidak mencemari lingkungan.
“Nah di Rumah Belajar Batik ini sudah disesuaikan, di mana ada ruangan-ruangan belajarnya dari mulai membuat pola, mencanting, hingga menjahit. Bahkan mereka belajar bagaimana memperkenalkan produk kain batik melalui digitalisasi,” imbuhnya.
“Yang saya apresiasi YCAB ini sudah memiliki 3 rumah belajar batik lainya. Jadi kalau belajar itu mereka harus memiliki pengetahuan, kemauan dan psikomotorik. Jadi ini lengkap. Sehingga pada akhirnya bisa secara mandiri menghasilkan kain-kain batik yang mampu untuk menyesejaterakan mereka,” ungkap Atalia.
Ia menambahkan, kehadiaran YCAB bersama Dekranasda Jabar mudah-mudahan mampu mengeliatkan semangat kembali bagaimana supaya generasi penerus khususnya tidak hilang. Ke depan, program ini akan dikerjasamakan dengan dinas pendidikan supaya nanti remaja-remaja khususnya dari SMK diberikan bekal bagaimana bisa mendapatkan penghasilan dari membatik. Karena sekarang semua orang sudah menggunakan batik tidak hanya orang tua, ataupun orang yang mau ke kondangan saja. Namun sekarang dalam keadaan apapun bisa menggunakan batik seperti ke pantai atau arisan dan tidak malu menggunakan batik.
“Saya juga bersyukur karena sudah muncul lagi karya-karya baru pengembangan dari batik tradisional yaitu semacam ecoprint termasuk barusan saya dengar ada batik pendulum. Yang patut diapresiasi lagi yana mana YCAB mendorong agar masyarakat disabilitas diberikan kesempatan untuk mampu menghadirkan karya karena terapi bisa didatangkan dari bagaimana cara membatik. Biasanya itu polanya abstark dan itu bisa memberikan kontribusi terhadap perkembangan tumbuh kembang mereka,” pungkasnya.
Sementar itu, Founder dan CEO YCAB, Veronica Colondam mengatakan, target dari program Rumah Belajar Batik Tasikmalaya adalah 3200 orang untuk tahun pertama dan akan dilanjutkan dalam lima tahun ke depan dengan Deskranada Jabar.
“Jadi 3000 ini adalah ibu-ibu UMKM yang sudah dan memang perajin yang bisa menghasilkan karya tapi kita ajarin digital marketing. Pentingnya, mereka tidak perlu melewati rangkaian panjang melalui pengepul dan lainnya tapi bisa langsung jualan di melalui media sosial. Itu kita ajarkan di Rumah Belajar Batik Tasikmalaya ini,” kata Veronica.
Sementara itu, 200 orang lainnya adalah orang-orang yang memang belum pernah mengerti bagaimana cara membuat batik dan di Rumah Belajar Batik ini akan diajarkan semuanya hingga bisa menghasilkan karya yang tentunya bisa dijual.
“Ini tentunya akan memberikan kesejahteraan bagi para perajin yang belajar di Rumah Belajar Batik Tasikmalaya ini,” ucapnya.
Editor : Asep Juhariyono