“Kecamatan yang paling tinggi kasus DBD itu Tawang sebanyak 170 kasus. Kemudian Mangkubumi 163 kasus, Bungursari 139 kasus, Cibeureum 136 kasus, Kawalu 135 kasus, Cihideung 113, dan Cipedes 104 kasus. Sisanya di bawah 100 kasus. Kalau secara jumlah kasus keseluruhan tidak tertinggi di Jabar, Kota Tasik itu di urutan kesembilan,” ucapnya.
Asep mengaku, sejauh ini dirinya belum mengetahui urutuan ke berapa dari tingkat kematian akibat DBD secara nasional, apakah di urutan pertama, kedua atau ketiga.
“Datanya belum muncul. Yang jelas Kota Tasikmalaya kalau secara jumlah kasus DBD berada di urutan sembilan se Jawa Barat,” ujarnya.
Dinkes Kota Tasikmalaya, kata Asep, terus melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan menggerakan masyarakat melalui petugas di puskesmas-puskesmas. Untuk pengasapan atau fogging dinilai kurang efektif memberantas jentik, karena hanya membunuh nyamuk dewasa.
“Yang paling utama itu memutus mata rantai perkembangbiakan vektornya (nyamuk aedes aegypti). Apalagi sarang nyamuk biasanya terdapat di dalam rumah dan lingkungan sekitar rumah. Seperti di bak mandi, dispenser, kulkas. Mirisnya disetiap kasus positif dan meninggal di rumahnya ditemukan jentik,” ungkapnya.
Editor : Asep Juhariyono