Ia menambahkan, banyak orang tua yang berprofesi menjadi petani namun melarang anaknya menjadi petani. “Keinginan para orang tua sekarang itu ingin anaknya menjadi pekerja kantoran, PNS, TNI, Polri, dokter, atau jadi pegawai swasta," jelasnya.
Minat pemuda untuk bertani jadi masalah serius
Menurut Mahardika, menurunnya minat kaum muda jadi petani di Kota Banjar merupakan masalah serius yang harus dicermati bersama. Ia mengaku selalu berpikir siapa yang akan menggantikan petani-petani saat ini yang sudah lanjut jika kaum muda di Banjar sendiri sudah tidak memiliki hasrat jadi petani.
"Ini masalah serius, jika tidak diselesaikan secara cerdas dan cepat, bangsa ini akan menghadapi krisis alih generasi petani," ujarnya.
Lanjut Mahardika, dari persoalan tersebut maka akan muncul lagi pertanyaan bagaimana cara meningkatkan minat anak muda di sektor pertanian. Kemudian banyaklah keyakinan bahwa pemanfaatan inovasi dan teknologi yang membantu minat anak-anak muda ke dunia walau belum signifikan.
Namun, dalam persoalan tersebut tentu butuh juga peran dai pemerintah agar pemuda Banjar bisa lebih tertarik bergelut di sektor pertanian. Semisal dari sisi pendidikan, dengan memasukkan pendidikan mengenai pertanian dan teknologi pada kurikulum pembelajaran tingkat SD, SMP, dan SMA termasuk pesantren tentu sangat bagus.
Harapannya, pemuda di Kota Banjar bisa paham dan mengenal bahwa dalam pertanian juga ada teknologi yang digunakan. "Karena selama ini petani identik dengan tua, kotor, dan tidak menguntungkan ke depannya,” katanya.
Sekarang persoalan itu sudah mulai tegambarkan serta banyak solusi untuk dikerjakan. Indonesia membutuhkan peran pemuda hadir untuk menjadi petani-petani muda. "Saya harap peringatan Sumpah Pemuda ke-95 tahun ini menjadi titik balik yang kuat untuk mewujudkan harapan dan keinginan tadi yang saya sebutkan," harapnya.
"Selamat Hari Sumpah Pemuda, dirgahayu pemuda Indonesia, dirgahayu pemuda Kota Banjar. Mari kita selamatkan negeri dengan menjadi petani. Salam pertanian, salam dari petani muda Banjar," pungkasnya.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait