BANJAR, iNewsTasikmalaya.id - Sumpah Pemuda merupakan sebuah peristiwa sejarah yang terjadi pada 28 Oktober 1928 di Indonesia. Momen penting ini merupakan peristiwa dalam perjuangan kemerdekaan rakyat Indonesia dari penjajahan Belanda.
Peran pemuda waktu itu diceritakan sangat strategis. Sehinga mereka digambarkan sebagai pewaris dan penerus bangsa. "Di pundak mereka (pemuda) masa depan bangsa dipertaruhkan" menjadi kalimat yang sering diucapkan dalam peringatan Sumpah Pemuda.
Meski demikian, ada satu hal penting yang kini sudah banyak dilupakan oleh para pemuda, yakni peran mereka di sektor pertanian. Ini menjadi penting, karena para pemuda khususnya di Kota Banjar terekam semakin tidak tertarik berkiprah menjadi petani.
Hal tersebut seperti diceritakan seorang petani muda asal Kota Banjar, Mahardika Gita Sandika. Ia merupakan sosok pemuda yang memilih berprofesi menjadi petani cabe di Kota Banjar.
Mahardika menilai, profesi petani sekarang benar-benar tidak dilirik. Sebagian besar para pemuda lebih memilih mencari pekerjaan yang instan dan mampu menjamin kehidupannya.
“Sekarang kebanyakan pemuda beramai-ramai keluar dari desa menuju kota demi mendapatkan kehidupan lebih baik. Padahal, di Desa sendiri masih banyak lahan yang bisa digarap dan dikerjakan untuk bertani," kata Mahardika, Sabtu (28/10/2023).
Ia menyebut, kemungkinan hal tersebut terjadi karena pikiran mereka bahwa petani itu identik tidak sejahtera. Terlebih para pemuda yang ada di Banjar itu melihat dengan mata dan kepalanya sendiri, bagimana nasib dan kehidupan petani atau orang tua mereka yang menjadi petani.
“Mereka belum melihat masa depan yang pasti dari sektor pertanian. Berbeda dengan melihat kondisi perkotaan, daerah yang menjanjikan dan itu yang membuat mereka optimis mampu penuhi harapannya," ucapnya.
Ia menambahkan, banyak orang tua yang berprofesi menjadi petani namun melarang anaknya menjadi petani. “Keinginan para orang tua sekarang itu ingin anaknya menjadi pekerja kantoran, PNS, TNI, Polri, dokter, atau jadi pegawai swasta," jelasnya.
Minat pemuda untuk bertani jadi masalah serius
Menurut Mahardika, menurunnya minat kaum muda jadi petani di Kota Banjar merupakan masalah serius yang harus dicermati bersama. Ia mengaku selalu berpikir siapa yang akan menggantikan petani-petani saat ini yang sudah lanjut jika kaum muda di Banjar sendiri sudah tidak memiliki hasrat jadi petani.
"Ini masalah serius, jika tidak diselesaikan secara cerdas dan cepat, bangsa ini akan menghadapi krisis alih generasi petani," ujarnya.
Lanjut Mahardika, dari persoalan tersebut maka akan muncul lagi pertanyaan bagaimana cara meningkatkan minat anak muda di sektor pertanian. Kemudian banyaklah keyakinan bahwa pemanfaatan inovasi dan teknologi yang membantu minat anak-anak muda ke dunia walau belum signifikan.
Namun, dalam persoalan tersebut tentu butuh juga peran dai pemerintah agar pemuda Banjar bisa lebih tertarik bergelut di sektor pertanian. Semisal dari sisi pendidikan, dengan memasukkan pendidikan mengenai pertanian dan teknologi pada kurikulum pembelajaran tingkat SD, SMP, dan SMA termasuk pesantren tentu sangat bagus.
Harapannya, pemuda di Kota Banjar bisa paham dan mengenal bahwa dalam pertanian juga ada teknologi yang digunakan. "Karena selama ini petani identik dengan tua, kotor, dan tidak menguntungkan ke depannya,” katanya.
Sekarang persoalan itu sudah mulai tegambarkan serta banyak solusi untuk dikerjakan. Indonesia membutuhkan peran pemuda hadir untuk menjadi petani-petani muda. "Saya harap peringatan Sumpah Pemuda ke-95 tahun ini menjadi titik balik yang kuat untuk mewujudkan harapan dan keinginan tadi yang saya sebutkan," harapnya.
"Selamat Hari Sumpah Pemuda, dirgahayu pemuda Indonesia, dirgahayu pemuda Kota Banjar. Mari kita selamatkan negeri dengan menjadi petani. Salam pertanian, salam dari petani muda Banjar," pungkasnya.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait