Tim PPM Dosen FIK Unsil Tasikmalaya Latih Kader Kesehatan Kecamatan Banjar Dalam Pencegahan Stunting
Ia menambahkan, menurut UNICEF, penyebab langsung balita stunting adalah kurangnya asupan gizi dan penyakit infeksi. Kedua faktor ini berhubungan dengan faktor pola asuh, akses terhadap layanan Kesehatan, sanitasi lingkungan, dan akses terhadap makanan.
"Jika anak terkena stunting, maka anak akan lebih sering sakit karena rentan terkena infeksi, memiliki gangguan pertumbuhan otak sehingga kognitifnya terganggu, maupun risiko terkena penyakit degeneratif seperti terkena diabetes mellitus, hipertensi maupun penyakit kardiovaskuler di masa mendatang," jelas dia.
Dikatakam Rian, penanganan stunting tidak cukup hanya dengan pemberian gizi tambahan dan suplementasi makanan saja, tetapi juga melalui peningkatan kualitas lingkungan dan sanitasi yang meliputi penggunaan air minum yamg layak, kepemilikan jamban dengan tangki septik yang sesuai dengan standar dan penerapan praktik higiene induvidu/keluarga yang lebih baik seperti misalnya praktik cuci tangan pake sabun (CTPS).
"Nah, di sana, kami juga itu selain memberikan pelatihan dan Baby Scale atau timbagan bayi digital untuk bisa digunakan di posyandu agar pengukuran bisa lebih akurat," ujar Rian.
Ia menuturkam, dalam penanggulangan stunting perlu kerjasama multi sektor dan multi pihak mulai dari pemerintah (kementerian, lembaga, hingga pemerintah daerah), partisipasi aktif swasta, perguruan tinggi, masyarakat sipil termasuk LSM, NGO, perseorangan, mitra ,serta media atau yang dikenal dengan pendekatan pentahelik.
"Harapannya dengan diberikan pelatihan ini para kader dan para TPPS ini bisa lebih mengerti lagi bagaimana mengidentifikasi dalam pencegahan stunting di wilayahnya masing-masing," paparnya.
"Karena kita tahu banyak kesalahan-kesalahan penginputan, kesalahan-kesalahann dalam penyampaian data, dan ini terkait dengan kurang pengetahuannya itu," pungkasnya.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait