Salah satu narasumber utama, Ustaz Muhammad Iqbal, yang merupakan mantan narapidana terorisme sekaligus Pembina Yayasan Anshorul Islam, membagikan pengalamannya.
Ia memaparkan bagaimana radikalisme sering kali bermula dari fanatisme berlebihan, kekecewaan sosial, politik, dan pemahaman agama yang keliru.
"Ciri-ciri individu yang terpapar radikalisme meliputi kecenderungan mengisolasi diri, kebencian terhadap negara, hingga penyalahgunaan konsep jihad. Untuk itu, pencegahan bisa dilakukan dengan membangun lingkungan pendidikan yang toleran dan memilih sumber ajaran agama yang kredibel," ungkap Iqbal.
Ia juga menegaskan pentingnya komunikasi aktif antara masyarakat, aparat, dan tokoh agama untuk menciptakan ketahanan sosial terhadap ancaman radikalisme.
Acara ini berlangsung interaktif, ditandai dengan sesi tanya jawab yang menggali strategi konkret dalam mencegah radikalisme.
Para peserta, termasuk tokoh masyarakat dan karang taruna, antusias memberikan masukan dan bertanya tentang langkah-langkah pencegahan yang bisa dilakukan di lingkungan masing-masing.
"Ini sangat relevan. Kami mendapatkan banyak wawasan baru untuk menjaga keharmonisan masyarakat," ujar seorang peserta, Ustad Sulaiman, yang juga tokoh agama setempat.
Sosialisasi yang berlangsung dengan aman dan lancar ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat Desa Margaluyu terhadap bahaya paham radikal.
Dengan kolaborasi antara masyarakat, aparat, dan tokoh agama, lingkungan yang damai dan harmonis dapat terus terjaga.
Program ini menjadi langkah nyata Densus 88 untuk mendorong sinergi dalam melawan ancaman intoleransi, radikalisme, dan terorisme di Kabupaten Ciamis.
Editor : Asep Juhariyono