Meskipun demikian, Rita mengungkapkan bahwa kunjungan masyarakat ke Perpustakaan Keliling di ruang publik tetap ada. Pihaknya juga menyediakan karpet sebagai alas untuk masyarakat yang ingin membaca buku secara lesehan.
"Ada saja yang membaca, paling sekitar 15 orang. Paling banyak anak-anak. Anak-anak dari TK dan SD biasanya membaca dongeng dan buku-buku sesuai usianya," terangnya.
"Orang dewasa juga suka ada, paling membaca buku tentang sejarah, bahasa Inggris, atau novel untuk tingkat SMA," sambungnya.
Rita menyebut bahwa bagi masyarakat yang ingin membaca buku di Perpustakaan Keliling tidak dipungut biaya alias gratis.
"Jika ingin membaca di Perpustakaan Keliling gratis untuk di ruang publik seperti ini dan tidak bisa dipinjam, jadi baca di tempat. Tapi jika untuk di sekolah-sekolah karena sudah ada MoU, bisa meminjam paling lama sebulan," jelasnya.
Selain ke ruang-ruang publik dan sekolah, Rita menyebut bahwa Perpustakaan Keliling ini juga sering menyasar sejumlah kampung atau masyarakat yang sedang mengadakan kegiatan tertentu.
"Ke kampung-kampung juga sering, misal di madrasah jika ada acara, dan pihak DKM meminta kami datang, ya kami datang. Alhamdulillah selalu ramai dikunjungi," tandasnya.
Editor : Asep Juhariyono