Suara tersebut, lanjut Cecep, muncul setiap malam Selasa dan Jumat. Bunyi gamelan, kecapi serta goong muncul pada setiap kedua malam tersebut.
"Entah cerita itu hanya mitos atau fakta. Yang jelas bendungan tersebut dinamai Leuwi Goong dan warga pun tak pernah mendengar adanya bunyi gamelan tersebut," kata Cecep.
Sungai Batu Ngampar sendiri, lanjut Cecep, kali pertama ditemukan pada 1970 oleh warga Desa Ciroyom bernama Abah Ahri.
Tertarik oleh keindahan alamnya, Abah Ahri beserta keluarganya memutuskan untuk bermukim di dekat sungai tersebut.
"Seiring waktu terus berjalan, satu per satu warga lainnya mengikuti jejak Abah Ahri, hingga di sekitar sungai bermunculan rumah-rumah baru. Makanya kampung ini dinamai Kampung Pamukiman," ungkap Cecep.
Pesona alam sekitar sungai yang memiliki daya tarik tinggi, tambah Cecep, menjadi magnet wisatawan lokal untuk berkunjung. Belakangan pengunjung dari luar daerah pun mulai berdatangan.
Untuk mencapai lokasi Sungai Batu Ngampar tak begitu sulit. Dari jalan raya Bojonggambir tinggal masuk jalan kampung menuju Kampung Pamukiman.
Editor : Asep Juhariyono