Gelaran Kota Sufi 2.0 se-Nusantara di Ponpes Idrisiyyah Tasikmalaya Dihadiri Ribuan Ulama
"Ulama sufi se-Nusantara hadir, ada dari Aceh, Jawa, Makasar, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand dan Italy. Menurut statistik dan sudah yang mendaftar pada kami itu jemaah Idrisiyah itu ada 3.000 orang datang, jemaah tarekat lain sudah terkonfirmasi pada kami dijumlah 1000 orang," ucapnya.
"Kegiatan yang ada di Kota Sufi 2.0, yang pertama dari tarekat, ulama sufi berkumpul dalam ruangan tertutup seperti ini mereka berbincang secara santai, ngopi, makan dan sebagainya. Namun pembicaraannya antar ulama tingkat tinggi, bagaimana strategi dawkah, bagaimana Islam kembali jaya, karena janji Allah SWT melalui Rasulullah SAW suatu saat nanti di akhir zaman Islam akan kembali bangkit," tambahnya.
Yudhi menyebut, para guru mursyid itu nantinya akan mengisi berbagai kegiatan pada Kota Sufi 2.0 se-Nusantara, salah satunya mengisi Majelis Ilmu di Masjid Al-Fattah yang ada di Kompleks Ponpes Idrisiyyah.
Yudhi menambahkan, pihaknya juga menghadirkan bazar UMKM selama gelaran itu berlangsung. "Setiap ba'da shalat ada majelis ilmu yang diisi oleh para tokoh ulama tersebut, majelis dan dzikir. Kami mengundang yang melihat tayangan ini untuk boleh datang, karena ini untuk umum," ungkapnya.
Salah seorang peserta asal Italia, Hamid Distefano mengatakan, dirinya sangat senang berkesempatan bisa bersilaturahmi dengan para guru dan alim ulama sufi yang ada di Nusantara.
"Sangat bergembira karena bisa menghadiri acara ini, karena di sini juga lebih lisensif dengan berbagai tariqoh berkumpul di sini. Dan ini suatu hal yang positif untuk persaudaraan di antara negara," ucap Hamid.
Hamid menambahkan, di Eropa, perkembangan Islam Sufi memiliki tangtangan tersendiri, dan menjadi motivasi dirinya untuk bisa menyebarkan ajaran sufi di tengah masyarakat Eropa.
"Bahwa tasawuf dan Islam itu sangat universal, jadi bisa diterima di belahan bumi manapun. Cuma dalam konteks Eropa, tasawuf dan Islam itu agak berbeda situasinya. Secara historis, Islam itu memang sudah ada di Eropa tapi memang karena situasi saat ini lebih berbeda. Namun tetap ada pergerakan muslim di sana," pungkasnya.
Editor : Asep Juhariyono