TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id - Kawasan Wisata Tematik (Katasik) salah satu program dari Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya untuk mendongkrak laju perekonomian masyarakat, tampaknya belum berdampak.
Katasik belum menjadi magnet bagi wisatawan untuk berkunjung ke Kota Tasikmalaya. Katasik hanya ramai ketika peluncuran atau launching saja. Setelah itu, Katasik sepi peminat.
Seperti halnya Lorong Katasik Al-Fattah di Situ Beet, Keluarahan Cipari, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, yang sejak dilaunhing oleh Penjabat (Pj) Wali Kota Tasikmalaya Cheka Virgowansyah pada November 2023, kini tampak sepi pengunjung.
Menanggapi program Katasik yang sepi pengunjung, pengamat sosial dan akademisi Kota Tasikmalaya, Asep M Tamam, menilai, program tersebut memang baik untuk mendorong perekonomian masyarakat.
Namun, yang perlu diperhatikan oleh Pemkot Tasikmalaya dalam perencanaan sebuah program harus dilakukan secara holistik. Artinya, secara menyeluruh atau keseluruhan sebagai suatu kesatuan.
"Tetapi yang lebih penting sebetulnya dari itu adalah bagaimana bisa merawat, menjaga, dan bahkan bisa memajukan. Konsep ini sepertinya belum menjadi bagian dari arah pembangunan pemerintah yang hanya berfokus pada bagaimana mengadakan sebuah tempat wisata," kata Asep saat dihubungi iNewsTasikmalaya.id pada Rabu (3/1/2024).
Menurut Asep, mencanangkan sebuah program harus juga memikirkan proses kedepannya, jangan sampai hanya ramai pada saat baru dibuka atau di launching lalu dibiarin.
Lanjut Asep, ada dua hal yang lebih penting dari itu, yakni pertama itu 30 persen perencanaan dan launching, 30 persen sosialisasi, dan 40 persennya adalah bagaimana bisa menjaga dan bahkan meningkatkan.
Pemkot Tasikmalaya juga bisa belajar dari tempat-tempat wisata yang lain bagaimana perencanaan dan pengembangan potensinya.
Asep menyesalkan kalau perencanaan sehuah tempat di Kota Tasikmalaya itu berhenti sampai pada acara launching saja. Sementara, harus juga berpikir bagaimana konsep setelah itu.
"Sepertinya konsep termahal dan terbesarnya itu bagaaimana supaya tempat-tempat wisata itu menjadi ramai dengan konsep bagaimana promosinya dengan mengundang siapapun yang bissa memviralkan," ujarnya.
"Ini cukup berbahaya bila dilihat dari sisi mentalitas mereka yang berpikir sampai dititik kedua tidak sampai dititik ketiga. Nah, kalau sudah begini kan sulit untuk mereaktif, sulit untuk untuk meramaikan lagi, harus berpikir mengenai anggaran lagi, harus berpikir tentang proyek lagi," tambah Asep.
Asep menggambarkan, tentang tidak holistiknya konsep yang dibangun untuk membangun tempat ini. Pihaknya mengaku sering bicara apapun tentang konsep, tentang holistik, yang semua dimensi terjaga, dan bisa terlaksana.
"Apalagi misalkan promosinya juga minim tidak mengundang yang berpengaruh di medsos, sarana prasana menuju lokasi itu juga tidak memadai. Ya, bagaimana mungkin bisa tempat yang viral, yang ramai, menjanjikan gitu," ungkapnya.
Dikatakan Asep, pihaknya tidak 100 persen menyalahkan pemerintah, hal itu perlu data dan variabel-variabel tertentu. Namum, yang harus pikirkan dan fokuskan adalah mengenai konsep.
"Ayolah kalau mau itu,mau ini teh konsepnya harus integral, harus holistik, harus menyeluruh, terutama dalam hal menjaga dan membuat sesuatu tempat yang dicanangkan ramai itu benar benar ramai. Intinya mahalnya komitmen, kalau misalkan satu program itu ditinggalkan setelah beres, setelah jadi itu ya komitmen harus dipertanyakan gitu," bebernya.
"Jadi menurut saya, itu perlu evaluasi di pemerintah itu bagaimana kita komitmen dengan satu program, jangan sampai ditinggalkan di tengah jalan. Karena itu akan lebih berat untuk memperbaiki daripada membangun," pungkasnya.
Pantauan iNewsTasikmalaya.id pada Selasa (2/1/2023) pagi, kawasan Lorong Katasik Al-Fattah tampak sepi di siang hari, dan hanya ada masyarakat saja yang sedang bertani.
Dari keterangan warga yang saat ditemui tengah menanam padi, intensitas orang untuk datang ke Lorong Katasik Al-Fattah sangat minim dan tenda-tenda UMKM juga turut bubar.
Editor : Asep Juhariyono