Karena keberadaannya tergeser oleh produk yang lebih praktis dan modern, payung geulis kemudian beralih menjadi produk kerajinan untuk hiasan atau cindera mata.
"Dengan beralih fungsi ini sudah tentu produksinya terbatas. Berbeda dengan ketika masih sebagai produk kebutuhan sehari-hari," ujar Didi.
Agar eksistensi payung geulis bisa bertahan, lanjut Didi, harus ada terobosan kreatif tak hanya sekadar barang kerajinan tapi menjadi barang yang diperlukan secara rutin.
"Atau kalau memang mungkin bisa, diproduksi sesuai fungsinya sebagai pelindung tubuh dari basah kuyupnya air hujan. Kenapa tidak," kata Didi.
Ia menyebutkan, payung geulis yang terbuat dari kertas dan bambu ternyata bisa bertahan sampai satu tahun masih utuh.
"Itu yang menggantung ratusan payung di pedestrian Cihideung, sudah setahun ternyata masih utuh meski kusam, padahal digantung selama 24 jam bukan digunakan sehari-hari saat hujan," kata Didi.
Editor : Asep Juhariyono