Didi mengingatkan, produk makanan terbuat dari tepung tapioka itu hanyalah menu salah satu jenis kuliner yang dikonsumsi pada saat main atau rekreasi.
"Jajanan seperti seblak, cilok, basreng itu kan bisa disebut menu liburan atau rekreasi. Kita membelinya pada saat sedang main atau berekreasi," ujar Didi.
Namun kenyataannya, banyak kalangan milenial yang malah menjadikan kuliner berbahan aci (tapioka) tersebut sebagai menu utama sehari-hari.
Kebiasaan tersebut, Didi mengingatkan, kurang baik dalam rangka mendukung derajat kesehatan kalangan milenial, karena kandungan gizi dari kuliner tersebut dominan karbohidrat.
Kalangan milenial, lanjut Didi, butuh asupan makanan yang menuju kondisi ideal empat sehat lima sempurna.
"Menurut saya, silakan beli jajanan yang saat ini tengah digandrungi kalangan milenial tersebut. Tapi jangan lupa juga makanan bergizi untuk menunjang derajat kesehatan kita," ujar Didi.
Ia menambahkan, faktor penyebab tingginya minat kalangan milenial terhadap sajian kuliner seblak dan sejenisnya, karena sensasi pedasnya.
"Rasa pedasnya itulah yang jadi daya tariknya selain tentu saja harga terjangkau. Begitu dimakan membawa sugesti segar penuh sensasi. Boleh saja, tapi konsunsi juga makanan bergizi yang juga tak kalah banyak ragamnya, dengan harga terjangkau," pungkas Didi, yang sudah beberapa hari menetap sementara di Kota Tasikmalaya, sebagai calon legislatif DPR RI dapil Jabar XI yakni Kota dan Kabupaten Tasikmalaya serta Garut.
Editor : Asep Juhariyono