get app
inews
Aa Read Next : Mahasiswi Prodi Kesmas Unsil Tasikmalaya Launcing Sosialisasi Bahaya DBD dan Pojok Abate

2 Anak di Kota Tasikmalaya Meninggal Karena DBD

Senin, 24 Januari 2022 | 17:54 WIB
header img
2 Anak di Kota Tasikmalaya Meninggal Karena DBD. (Foto: Ilustrasi/Ist)

TASIKMALAYA, iNews.id – Dua anak di Kota Tasikmalaya yang masih duduk bangku sekolah dasar (SD) meninggal dunia karena terserang demam berdarah dengue (DBD). Kasus pertama terjadi di wilayah Kecamatan Purbartu pada Senin (17/1/2022) dan kasus ke 2 terjadi di Kecamatan Cibeureum pada Minggu (23/1/2022).

Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya dr Asep Hendra Hendriana membenarkan terkait adanya 2 kasus meninggal dunia akibat DBD.

“Iya, meninggal terkonfirmasi positif karena DBD,” ujar Asep kepada iNewsTasikmalaya.id, Senin (24/1/2022).

Dikatakan Asep, sejak 1Januari hingga 24 Januari 2022 ini tercatat sebanyak 159 kasus DBD terjadi di Kota Tasikmalaya. Dari total kasus DBD tersebut, 143 kasus di antaranya sudah dinyatakan sembuh.

“Yang lain sisanya 16 kasus masih menjalani perawatan di rumah sakit,” kata dia.

Menurutnya, penyebab DBD lantaran terkena gigitan nyamuk dewasa Aides Aigepty sebagai vector atau perantara masuknya virus dengue kepada inang atau orang yang digigitnya. Pada masa-masa inkubasi DBD tidak akan terdeteksi.

“Memang kalau di awal-awal itu tidak akan terdeteksi di masa inkubasi. Masa inkubasi DBD singkat yakni 7 hari. Setelah itu kalau gak ada restok cairan orang yang terkena DBD gejalanya bisa langsung berat,” ucapnya.

“Gejala awal sama seperti inveksi lain ada demam,” sambung Asep.

Asep menjelaskan, untuk mencegah dan mengantisipasi penularan DBD, semua kalangan harus bergerak bersama-sama dengan cara melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan gerakan 3M yakni menutup tempat penyimpanan air, mengubur barang-barang bekas,dan  menguras tempat penyimpanan air.

“PSN dan 3M plus itu langkah awal dalam pencegahan DBD. Plusnya itu harus ada orang yang menjadi juru pemantau jentik (jumantik) di masing-masing rumah,” tegas Asep.

Penanganan kasus DBD, lanjut Asep, bukan hanya tugas dinas kesehatan saja, masyarakat harus turut bergerak melakukan pencegahan dengan PSN dan 3M plus di lingkungannya masing-masing.

Editor : Asep Juhariyono

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut