TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id – Fahira Nugraha (7), seorang siswi kelas 2 SDN Cipari III, Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, telah berhasil bersaing dengan siswi kelas V dan VI dari setiap perwakilan kecamatan dalam ajang Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat Kota Tasikmalaya di Gedung Creative Center (GCC) Dadaha pada Jumat, 29 September 2023.
Saat Fahira masih duduk di kelas 1 SD, dirinya menjadi juara 1 di Kecamatan Mangkubumi. Kini, ia berhasil meraih juara 3 dalam kategori tembang Pupuh Sunda dalam ajang FTBI se-Kota Tasikmalaya.
Peserta perwakilan kecamatan yang usianya paling muda dari Situbeet, Cipari, Mangkubumi, Kota Tasikmalaya ini telah menunjukkan kegigihan dan kecintaannya yang luar biasa dalam ajang FTBI tersebut. Meskipun terpaut jauh dengan peserta lain yang berusia antara 11 hingga 12 tahun, dia berhasil mencapai hasil yang tak terduga oleh para dewan juri saat tampil memukau di panggung.
Bahkan, penampilannya begitu mengharukan sehingga sebagian penonton pun menangis saat dia mampu menyanyikan lagu Pupuh Maskumambang dengan begitu apik. Penampilannya yang tak disangka-sangka tersebut sungguh menggetarkan hati semua orang yang hadir.
Menurut Haji Nanang SOS, salah satu juri FTBI Pupuh Sunda Tingkat Kota Tasikmalaya, Bila Fahira Nugraha berhasil meraih juara ketiga dalam kategori Pupuh Sunda Wanoja tingkat SD. Dia juga disebut sebagai peserta paling cilik dalam kompetisi tersebut.
"Juara ketiga FTBI Kota Tasikmalaya Pupuh Sunda Wanoja (perempuan) tingkat SD adalah Bila Fahira Nugraha, si paling cilik," katanya.
Sementara itu, Nita Marlianti, ibunda Bila Fahira Nugraha, merasa sangat bahagia dan bersyukur melihat kegigihan anaknya yang sangat mencintai budaya Sunda telah membuahkan hasil dengan meraih juara di Tingkat Kota Tasikmalaya, meskipun usianya baru 7 tahun. Sejak kecil, Fahira telah menunjukkan bakatnya dalam bernyanyi tembang pupuh Sunda, bahkan sejak dia masih duduk di tingkat kanak-kanak (TK).
"Jadi, awalnya anak saya sejak TK sudah senang bernyanyi Sunda. Waktu itu ada kejuaraan tingkat kecamatan dengan puluhan peserta lainnya dan juara 1 tingkat kecamatan. Waktu itu kelas 1 SD. Sekarang kelas 2 SD jadi juara 3 bersaing dengan usia di atasnya semua. Alhamdulillah," jelas Nita kepada awak media.
Dengan menanamkan kecintaan terhadap budaya Sunda sejak usia dini, Nita dan suaminya berharap dapat terus melestarikan kesenian Sunda. Saat ini banyak generasi anak Sunda yang cenderung apatis terhadap kebudayaan Sunda dan lebih tertarik dengan kesenian modern seperti lagu Hip-Hop, POP, dan KPop, termasuk lagu-lagu Korea.
"Ya, saya berharap bersama anak saya ini menjadi bukti bagian masih ada generasi muda dan anak-anak yang sangat cinta budaya Sunda. Sunda imah urang, Sunda jang urang, Sunda ku urang (Sunda jadi rumah kita, buat kita dan oleh kita," ujar Nita.
Editor : Asep Juhariyono