TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id – Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) 2023 di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Citapen Tasikmalaya dimeriahkan dengan pementasan operet dari para guru.
Operet yang dipentaskan berjudul bahaya bullying terhadap peserta didik di sekolah. Para guru menggunakan seragam SD layaknya peserta didik dan sedang belajar di dalam sebuah ruang kelas.
Kemudian terjadinya aksi bullying yang dilakukan oleh salah seorang siswa ke siswa lainnya sehingga terjadi perkeliruan. Dalam cerita operet ini juga disosialisasikan tentang dampak buruk dari aksi bullying.
Pihak sekolah sengaja membuat sesuatu yang berbeda dalam mengenalkan lingkungan, kultur budaya, pembiasaan, dan program sekolah kepada peserta didik. Tujuannya agar pesan yang ingin disampaikan bisa mengena dan peserta didik menjadi lebih memahami, mengetahui, tentang apa saja yang ada di sekolah.
“MPLS sudah berlangsung 2 hari dan hari ini hari ketiga. MPLS tujuannya tentu saja agar peserta didik mengetahui, mengenal lebih dekat tentang kultur budaya sekolah, pembiasaan-pembiasaan, dan program apa saja yang ada di sekolah,” ujar Kepala SDN Citapen Hj Ene Rosidah, S.Pd., M.Pd, Kamis (20/7/2023).
“Di hari ketiga MPLS ini adalah sosialisasi tengan bullying atau perundungan terhadap anak dan kegiatan kepramukaan. Kami mencoba mengemas memberikan saran ide kepada teman-teman untuk bagaimana agar materi ini bisa lebih mengena kepada para peserta didik, lebih bisa dipahami dan bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari,” sambungnya.
“Dan agar tidak menjenuhkan, maka dikemas dengan penampilan operet singkat tentang pembulian, yaitu dampak bully yang sangat berdampak negatif terhadap perkembangan psikis peserta didik,” ujarnya.
Ene menjelaskan, operet tersebut dimainkan oleh 8 guru yang berperan sebagai murid yang dibully, murid penengah, murid yang merasa berkuasa, dan yang berperan sebagai guru. Operet ini juga sama dengan dance kepramukaan, di mana maksud dan tujuannya dikemas sedemikian rupa agar lebih bermakna, lebih mengena, membuat peserta didik lebih senang, gembira, dan tentunya konten dari kegiatan ini lebih berbobot.
"Jadi di sini kami mengambil sosialisasi ini adalah sosialisasi yang 'gembrot' yaitu gembira dan berbobot,” jelasnya.
Editor : Asep Juhariyono