Kopi Jadah Galunggung Zaman Belanda Tak Bersua Lagi

Pada tahun 1987 Karya bersama istrinya Yayah (52) memutuskan untuk tinggal di Gegerhanjuang mengikuti saudaranya, akhirnya dengan modal nekad bisa bertahan hidup hingga akhirnya bisa memiliki kebun kopi.
Jika mengenang dahulunya, sesuai dengan sejarah yang ada daerah Kawasan Galunggung seperti wilayah Leuwisari, Singaparna, Cigalontang, juga lainnya terkenal dengan tanaman kopi dan lada.
Daerah subur makmur tersebut cocok untuk pengembangan kopi dan lada, pihak Belanda pun sangat terpikat dengan potensi yang luar biasa tersebut.
Tak heran jika pada akhirnya Belanda mengembangkan perkebunan Kopi dan lada termasuk teh di sekitar kawasan Gunung Galunggung.
Hanya saja untuk Teh tidak terlalu banyak dibandingkan kopi dan lada, Belanda lebih memilih wilayah Taraju dan Bojonggambir untuk pengembangan teh.
Potensi rempah-rempah yang melimpah ruah di kawasan Gunung Galunggung cukup menarik perhatian kaum Belanda untuk mengeruk kekayaan alam tersebut.
Langkah itu diwujudkan dengan dipindahkanya Pusat Pemerintahan Sukapura dari Manonjaya ke Tawang di Kota Tasikmalaya pada tahun 1901 silam.
Editor : Asep Juhariyono