Bersama sang istri, Liem Seeng Tee menjual aneka kebutuhan pokok. Tak hanya duduk diam menunggu pelanggan di warung, Liem Seeng Tee juga menjajakannya dengan berkeliling ke rumah-rumah warga.
Warung Liem Seeng Tee pun begitu maju dan banyak mendatangkan pembeli. Sayangnya, ia harus menghadapi cobaan lagi setelah warung miliknya terbakar.
Di tengah-tengah menghadapi cobaan, ia justru mendapatkan tawaran untuk membeli perusahaan tembakau yang bangkrut. Liem Seeng Tee yang memiliki keahlian meracik dan melinting tembakau menjadi rokok pun tertarik dan membelinya dengan tabungan milik sang istri. Tak disangka, bisnis rokoknya berkembang begitu pesat hingga ia dan sang istri mampu membeli sebuah gedung bekas yayasan panti asuhan seluas sebagai tempat produksi. Ia juga membangun perusahaan dengan nama PT Hanjaya Mandala Sampoerna atau yang lebih dikenal sebagai PT HM Sampoerna.
Saat itu, PT HM Sampoerna memproduksi beberapa varian rokok, seperti Dji Samsoe, 123, 720, 678, dan Djangan Lawan. Perusahaan ini juga memiliki bioskop di kawasan Pabrik Taman Sampoerna yang terus beroperasi hingga saat ini.
Namun pada tahun 1956, Liem Seeng Tee menghembuskan nafas terakhirnya. Kepemimpinan PT HM Sampoerna pun beralih ke putranya, Liem Swie Ling atau biasa dikenal sebagai Aga Sampoerna.
Editor : Asep Juhariyono