TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id - Tim Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) Dosen Prodi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) dan Prodi Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Negeri Siliwangi Tasikmalaya berupaya menekan angka stunting di wilayah Kelurahan Panglayungan, Kecamatan Cipedes.
Kegiatan PPM dalam program peningkatan kesehatan masyarakat (PPKM) dengan judul Pelatihan Pembuat MP-ASI Protein Tinggi Hewani Berbagai Tekstur untuk Balita Usia 6-12 Bulan Berbasis Ikan Mujair itu digelar di Sekolah Yayasan Al Ikhlas, Jalan Ampera, Kelurahan Panglayungan, Kecamatan Cipedes, pada rabu (31/7/2024) pagi.
PPM yang diketuai oleh Prima Endang Susilowati bersama anggotanya, Dika Betaditya, Yana Listyawardhani, Mufti Gaffar dan Heni Sukmawati menyasar kepada ibu yang memiliki balita berusia 6-12 bulan serta para kader posyandu.
Pada kesempatan tersebut, Dika Betaditya menjadi pemateri dalam kegiatan PPM Pelatihan pembuat MP-ASI tersebut.
Ketua Tim PPM dosen FIK Prodi Unsil Tasikmalaya, Prima Endang Susilowati, mengatakan, stunting sampai saat ini masih menjadi permasalahan di Indonesia, tak terkecuali di Kota Tasikmalaya.
Stunting merupakan kondisi anak gagal tumbuh, baik fisik maupun otaknya. Stunting dihubungkan dengan kejadian malnutrisi dan infeksi kronis. Dampak stunting pada anak, jangka pendek ialah gangguan tumbuh kembang otak, IQ rendah, Gangguan sistem imun.
Sedangkan, jangka panjangnya ialah perawakan pendek, risiko penyakit diabetes dan kanker meningkat, kematian usia muda, dan produktifitas menurun.
"Usaha pencegahan stunting harus dilakukan di 1000 hari pertama kehidupan, dimulai dari awal kehamilan hingga usia 2 tahun setelah lahir sangat penting untuk memenuhi kebutuhan dasar agar tumbuh kembang optimal," kata Prima.
"Kebutuhan dasar dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu kebutuhan fisis-biomedis (asuh), kebutuhan kasih sayang/emosi (asih) dan kebutuhan stimulasi (asuh)," ujarnya.
Prima menyebut, salah satu kebutuhan asupan yang penting adalah nutrisi, yaitu tercukupinya kebutuhan nutrisi dimulai dari masa kehamilan, bayi lahir 0-6 bulan (ASI), setelah 6 bulan (pemberian Asi dan MP-ASI). Namun, hal itu harus dilakukan dengan cara konsisten menjaga asupan makanan dengan gizi optimal.
"Jadi gagal tumbuh dan perkembangan anak dipengaruhi oleh kualitas makanan yang berhasil dikonsumsinya," jelas dia.
Prima menjelaskan, bahwa makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan untuk anak usia 6 bulan ke atas sebagai pelengkap gizi yang harus didapatkan pada pertumbuhan bayi.
Diterangkan dia, MP-ASI dalam pembuatannya sebaiknya diatur tingkat kehalusannya untuk menyesuaikan kondisi bayi.
"Tekstur makanan harus disesuaikan dengan kondisi dan usia bayi agar bisa dicerna dengan mudah dan tidak terjadi kurang gizi. Ukuran lambung bayi yang masih kecil tidak bisa makan makanan dengan tekstur dan jumlah seperti yang dimakan orang dewasa," ucapnya.
Menurut dia, keterlambatan dalam meningkatkan tekstur makanan akan membuat anak sulit untuk memakan makanan bertekstur padat ketika bertambah usia.
"Pembuatan MP-ASI dengan menggunakan bahan pangan lokal ini mempunyai banyak keuntungan antara lain harga relatif murah sehingga terjangkau, mudah didapat, serta merupakan upaya edukasi kepada bayi untuk mengenal berbagai macam rasa dan jenis makanan sehingga kelak dapat menyukai makanan yang beraneka ragam yang ada di sekitarnya," ungkapnya.
Dijelaskan dia, ikan mujair adalah produk perikanan darat yang banyak dijumpai di Tasikmalaya. Keunggulannya memiliki kandungan protein non allergen sehingga baik diolah menjadi MP ASI. Selain ikan mujair jenis ikan yang lainnya juga baik diberikan sebagai MP-ASI, seperti lele, nila, dan ikan kembung.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para ibu dalam menyediakan makanan bergizi guna mencegah stunting pada anak-anak yang ada di wilayah Kelurahan Panglayungan, Kecamatan Cipedes.
"Sasaran kegiatan ini adalah ibu rumah tangga yang memiliki anak berumur 6-12 bulan, aktif ke posyandu, memiliki peralatan untuk membuat MP ASI. Sasaran dibagi menjadi beberapa kelompok yang didampingi dengan satu orang kader sebagai fasilitator,"
paparnya.
"Transfer Ipteks yang dilakukan meliputi dua tahapan kegiatan yaitu Somatic, mitra menerima informasi dengan mengalami dan melakukan. Metode yang digunakan adalah menunjukkan bukti melalui pemantauan asupan makan dan pemantauan berat badan selama baduta mengkonsumsi MP-ASI berbasis ikan. Auditory, mitra menerima informasi dengan mendengarkan, menyimak, dan menanggapi," tandasnya.
Editor : Asep Juhariyono