"Dengan kondisi seperti ini setidaknya ada sekitar 500 hektare sawah yang terendam banjir. Kondisi ini sebetulnya selalu datang jika musim hujan, tapi tahun 2025 ini sudah dua kali terjadi,"tambahnya.
Akibat kejadian ini, Sutaryo menaksir kerugian petani disini mencapai ratusan juta rupiah karena setiap hektarenya itu lumayan. "Kalau kondisonya kena banjir seperti ini lagi ya kami bisa bangkrut," kata Sutarya.
Petani lainnya, Ahmad Dasmun (52), menambahkan bahwa penderitaan petani saat ini sebetulnya tidak hanya terjadi ketika musim hujan saja. Saat kemarau pun diakuinya, bahwa petani harus menyewa pompa air dengan biaya tinggi. Dia merasa seperti terjebak di antara dua musim.
"Biaya sewa pompa bisa mencapai Rp500.000 per hari, nominal yang cukup menggerus pendapatan," ujarnya.
Kedua petani ini bersepakat, solusi darurat seperti bantuan benih atau pompa tak lagi cukup. Mereka mendesak pemerintah agar turun tangan membantu minimal membenahi infrastruktur pengendali banjir.
“Kami butuh tanggul yang kuat atau normalisasi sungai. Jangan sampai anak cucu kami mewarisi masalah yang sama,” pungkasnya.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait