Tahun ini, bertepatan dengan shio Ular Kayu, seluruh patung dewa di altar atas maupun bawah dibersihkan secara menyeluruh.
Hidajat juga menekankan bahwa tradisi ini mengandung pesan moral untuk meneladani kebaikan yang diwariskan oleh para leluhur.
Purwanto, salah satu umat Konghucu yang turut serta, menambahkan bahwa tradisi lain seperti menggantungkan nama di lampion juga dilakukan.
“Lampion melambangkan penerangan dalam hidup. Banyak umat yang menjadikannya sebagai simbol doa untuk kesehatan, keselamatan, dan kelancaran usaha,” ungkapnya.
Ritual tahunan ini bukan hanya menjaga kelestarian budaya dan spiritualitas, tetapi juga menjadi pengingat untuk membersihkan hati dan pikiran demi kehidupan yang lebih baik.
Tradisi cuci dewa di Kelenteng Hok Tek Bio terus menjadi simbol kebersamaan umat dalam memanjatkan doa untuk kedamaian dan kemajuan bangsa.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait