Sejak dulu memang seperti tahun 2002 dari Kodim 0612 memesan pisau komando hingga 240 unit, serta hingga dari Lanud dan sebagainya masih suka pesan.
Namun yang paling membuat saya bangga itu saat dipesan tim Densus 88, gembira tapi campur bingung dan ragu apakah pisau saya dipakai atau tidak,” papar Ako.
Ako menyebutkan, dulu pesanan terus mengalir nyaris membuatnya kebingungan karena tak banyak waktu.
Setiap tahunnya ekspor golok dan pisau pesanan mencapai hingga 400 unit untuk ke Australia, Eropa, hingga Amerika Serikat, jadi selama 10 tahun bergelut dalam dunia tersebut telah diekspor kurang lebih sebanyak 4.000 jenis dengan harga rata-rata Rp300.000 hingga Rp2 juta.
“Pesanan semakin meningkat setelah saya menemukan ide membuat pisau ataupun golok dengan konsep bilik mipih, yakni terbuat dari 30 lapis baja yang selain menimbulkan nilai estetika tinggi juga tetap bisa dipakai meskipun bertujuan sebagai hiasan saja.
Ternyata pesanan kian membludak, akhirnya saya pun membuat nama Walagri Blacksmith terhadap produk saya meskipun belum dipatenkan.
Yang jelas untuk membuat pisau atau golok apapun asal ada gambar pasti saya bisa, kebanyakan yang pesan biasanya diilhami dari film-film,” ujar Ako.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait