Ia mengungkapkan, sudah hampir sebulan hidup dalam bayang-bayang ancaman longsor, belum ada upaya penanggulangan dari pemerintah.
"Mau ditanggulangi sendiri tak punya biaya. Akhirnya terpaksa kami hidup disertai rasa cemas longsor susulan. Terutama jika malam hari, hati kami tidak tenang," keluh Dayat.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait