100 Hari Viman-Diky Dinilai Gagal, Mahasiswa Tasikmalaya Turun ke Jalan Sampaikan Sejumlah Tuntutan

TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id – Puluhan mahasiswa dari berbagai kampus di Kota Tasikmalaya menggelar aksi demonstrasi di depan Bale Kota, Senin siang (2/6/2025), sebagai bentuk evaluasi terhadap kinerja 100 hari pertama kepemimpinan Wali Kota Viman Alfarizi dan Wakil Wali Kota Diky Chandra.
Aksi dipimpin oleh Ketua BEM Universitas Siliwangi (Unsil), Muhammad Risaldi, dan diikuti oleh sejumlah aliansi mahasiswa lintas perguruan tinggi. Mereka hadir membawa semangat perlawanan dan sejumlah spanduk bertuliskan kritik keras, seperti “Tasik Butuh Bukti Bukan Pencitraan”, “Stop Gimmick, Rakyat Butuh Solusi”, hingga poster wajah Wali Kota dan Wakilnya yang ditempel di gerbang kantor pemerintahan.
Massa mulai berkumpul sekitar pukul 12.30 WIB dan segera melancarkan orasi-orasi bergantian, menyuarakan keresahan publik atas berbagai persoalan kota yang belum terselesaikan. Dalam suasana memanas, para demonstran sempat bersitegang dengan aparat keamanan gabungan dari Polres Tasikmalaya Kota dan Satpol PP. Dorong-dorongan terjadi saat massa mencoba masuk ke halaman Bale Kota, hingga akhirnya terjadi aksi pembakaran ban sebagai bentuk simbolik kekecewaan.
Dalam orasinya, Risaldi menyebut ada sejumlah persoalan krusial yang hingga kini belum tersentuh serius oleh Pemkot, mulai dari persoalan pengelolaan sampah dan limbah plastik, maraknya bangunan liar di bantaran sungai, hingga rendahnya kinerja dalam mengoptimalkan sektor penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD).
"Isu lingkungan dan tata ruang perkotaan makin parah. Sampah masih menumpuk, bangunan ilegal tumbuh subur, dan PAD stagnan. Ini bukti bahwa 100 hari kerja belum menyentuh akar persoalan," ujar Risaldi di tengah orasi.
Tak hanya itu, mereka juga menyoroti lambatnya proses pengangkatan pejabat struktural. Saat ini, menurut Risaldi, masih ada 8 posisi kepala dinas yang dijabat oleh pelaksana tugas (Plt), ditambah 35 kepala SD dan 2 kepala SMP yang belum memiliki pejabat definitif.
"Pemerintahan yang baik butuh kepastian struktur birokrasi. Jangan dibiarkan terlalu lama kosong karena berdampak pada pelayanan publik," tegasnya.
Aksi tersebut juga menyoroti absennya Wali Kota dan Wakilnya yang dinilai enggan berdialog langsung dengan massa. Menurut Risaldi, ketidakhadiran keduanya menjadi sinyal bahwa aspirasi masyarakat belum dianggap penting.
"Kami datang dengan niat baik, membawa suara rakyat. Tapi pemimpin yang kami harap hadir, justru memilih berdiam. Ini menunjukkan ketidaksiapan mereka menerima kritik," kata Risaldi kecewa.
Di akhir aksinya, aliansi mahasiswa menyatakan bahwa gerakan mereka belum selesai. Mereka akan terus menggelar konsolidasi dan menyiapkan aksi lanjutan dengan massa yang lebih besar jika tuntutan mereka tidak mendapat tanggapan serius dari pemerintah daerah.
"Hari ini bukan akhir, ini hanya pembuka. Jika tidak ada perubahan dalam satu bulan, kami akan turun lagi dengan jumlah massa yang lebih besar," pungkas Risaldi dengan lantang.
Editor : Asep Juhariyono