get app
inews
Aa Text
Read Next : Pemudik Kesulitan di Tanjakan Bohong Salawu, Tim Rescue Satlantas Polres Tasikmalaya Siaga Membantu

Serunya Perang Lodong di Kampung Pasanggrahan Tasikmalaya, Tradisi Turun Temurun Sambut Malam Takbir

Senin, 31 Maret 2025 | 11:00 WIB
header img
Serunya Perang Lodong di Kampung Pasanggrahan Tasikmalaya, Tradisi Turun Temurun Sambut Malam Takbir Idul Fitri 1446 H. Foto: iNewsTasikmalaya.id/Kristian

TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id - Malam takbiran dan perayaan Idulfitri di Kampung Pasanggrahan, Desa Margalaksana, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, semakin semarak pada Senin (31/3/2025) dini hari.

Warga setempat, terutama para pemuda, menggelar perang meriam bambu atau lodong dengan kampung sebelah, berlangsung dari Minggu malam hingga Senin subuh. Tradisi ini telah menjadi bagian dari budaya turun-temurun dalam menyambut malam kemenangan.

Sejumlah batang bambu, pohon aren, dan pohon pinang berjajar rapi di area persawahan yang jauh dari permukiman. Bahan-bahan ini dipilih karena memiliki ketahanan yang baik untuk menciptakan bunyi dentuman khas yang menggema saat lodong dinyalakan. 

Tradisi ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dan ajang silaturahmi bagi warga serta para perantau yang kembali ke kampung halaman.

Seorang tokoh masyarakat setempat, Nuryaman, menjelaskan bahwa tradisi ini sudah ada sejak zaman nenek moyang mereka. 

"Kegiatannya seperti biasa, memang dari dulu, dari nenek moyang terdahulu, selalu membuat lodong dari pohon aren, bambu, dan pinang," ujarnya.

Dalam pembuatan meriam ini, warga menggunakan berbagai bahan alami seperti kawung (aren), bambu, dan jambe (pinang). 

"Untuk pohon aren mungkin ada tiga batang, bambu ada 10, dan pohon pinang 10 juga. Yang paling besar pohon aren, dibikin 6 sampai 7 meter per batang, dari pohon bambu mungkin 2-3 meter, dan pinang di atas 3 meter," jelas Nuryaman.

Untuk menghasilkan suara ledakan yang nyaring, warga menggunakan kalsium karbida atau karbit yang dicampur dengan minyak tanah dan air sebagai bahan bakarnya. 

"Yang perlu disiapkan biasanya tenaga yang lebih banyak, karena pohonnya harus diambil dari hutan jauh dari permukiman, dan karbit. Selain karbit, minyak tanah juga diperlukan untuk membakar alat penyala lodong. Dari Isya sampai sekarang jam 12 malam, mungkin sudah menghabiskan 20 kiloan karbit," tambahnya.

Tradisi ini biasanya berlangsung sejak malam takbiran hingga menjelang subuh. Jika anak-anak tidak bepergian, permainan lodong dapat berlanjut hingga pagi hari.

Tradisi lodong ini dilakukan setiap tahun dan telah menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat Kampung Pasanggrahan.

Perayaan malam takbir dengan meriam bambu berlangsung sejak sore hingga pagi hari, menciptakan suasana meriah serta menjadi bentuk ekspresi syukur dan kebersamaan dalam menyambut hari kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa.

 

Editor : Asep Juhariyono

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut